Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BPIP, Gajinya dan Tugasnya

23 Juni 2018   21:25 Diperbarui: 23 Juni 2018   21:31 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel ini dibuat berdasarkan  komentar saya atas artikel Pangeran Mns di kompasiana "Hadirnya BPIP Tak Mampu Menjawab Persoalan Rakyat" 

Artikel soal BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila) itu menurut saya menarik kalau dilihat dari segi 'sudut pandang yang berbeda'. Pangeran Mns tulis: "Dan itulah yang dilakukan oleh negara hari ini, menciptakan BPIP, menggajih seluruh pihak dalam struktur dengan menghabiskan uang negara sebesar milyaran rupiah tiap bulannya dan tugas pokok fungsi badan ini tidak lain dan tidak bukan hanya sebatas untuk mengkampanyekan BPIP sebagai badan pembinaan untuk mensosialisasikan ideologi Pancasila yang konon sedang dalam ancaman kelompok radikal."

Kata-kata ini berisikan cita-cita terpuji, menghindarkan pemborosan duit rakyat. Saya jadi teringat ucapan dari seorang kompasianer (Ahmad Humaidi) bilang begini: "perbedaan sudut pandang menambah ilmu, memaksa hanya satu sudut pandang mengurangi ilmu." Benar sekalilah ini pikirku.

Segi-segi positif dari BPIP tentu banyak juga, seperti tujuannya yang mulia itu, menyebarkan ide persatuan Pancasila untuk mencegah perpecahan. Persatuan, saling mengerti dan kerjasama bergotong royong dengan musyawarah menurut tradisi mulia bangsa kita . . . itulah yang kita butuhkan kapan saja dan dimana saja, dan terutama sekarang ini dimana politik perpecahan atau divide  and conquer internasional sedang memuncaknya dalam kontradiksi kepentingan yang semakin tajam. Karena itu setiap usaha pecah belah terutama dari luar yang melunturkan tradisi mulia kita itu harus diusahakan mencegahnya terutama dengan kegiatan pencerahan yang semakin luas dan mendalam, siapa dibelakang perpecahan itu dan untuk apa.

Jalan mana yang paling baik untuk mencapai tujuan ini, semua kita ini bisa dan harus memikirkan, menjalankan dan berbuat untuk tujuan itu, walaupun yang berwenang untuk membentuk badannya tentu hanya pemerintah yang ada. Sampai dimana hasilnya nanti badan ini, masih belum tahu. Tetapi satu hal yang pasti ialah kalau mayoritas publik berusaha mendukung dan mengimplikasikan dengan semangat leluhur kita itu, akan beda hasilnya kalau mayoritas publik sebaliknya memaki dan berusaha menggagalkan usaha mulia itu. 

Cita-cita mulia disini adalah milik kita bersama, publik dan rakyat Indonesia yang selalu menginginkan kedamaian demi tidak terganggunya usaha-usaha bikin kesejahteraan bersama seluruh rakyat dan nation. Sampai dimana kebenaran pendapat-pendapat atau sudut pandang pro-kontra soal BPIP tetap akan bagus dijadikan diskusi atau debat, sambil BPIP sendiri terus menjalankan kewajibannya/tugasnya. Tugas yang memang penting dan mulia, menyatukan kekuatan bangsa ini berdasarkan Pancasila.

Salah atau Benar

Bicara soal 'kebenaran', saya teringat kata-kata seorang neolib kawakan Henry Kissinger: "It is not a matter of what is true that counts, but a matter what is perceived to be tru." katanya. Wow . . . tepat sekali, kesimpulan briliant dari fakta dan kenyataan dalam kehidupan, dan terutama sekali dalam tindakan politik neolib internasional deep state dimana terlihat selalu mempraktekkan kebenaran 'perceived' ini. 

Menciptakan persepsi kebenaran dalam kepala banyak orang atau publik dunia. Kalau pakai istilah-istilah yang sudah sangat terkenal belakangan ini, yaitu "brain washing" 100% dan "mind contol" 100%. Dalam hal ini, contoh yang paling tipical ialah yang dipraktekkan  terhadap keluarga pelaku pemboman 3 gereja di Surabaya 13/5 2018 sehingga tindakan teror atau terorisme dipercayai oleh pelakunya sebagai jalan bagus menuju surga. Bukan main brain washing dan mind controlnya!

Brain washing disini (khusus soal yang tipical Surabaya ini) adalah dan pastilah pekerjaan psikologi biaya tinggi dan butuh banyak waktu. Dan disini juga nyata memang, betul seperti yang dikatakan neolib kawakan Kissinger, "matter is what perceived to be tru", bukan apa yang benar atau yang salah dalam kenyataan atau dalam logika yang waras.

Media MSM yang sudah lama dimonopoli neolib deep state berperan sangat penting dalam sejarah mind control penduduk dunia dan AS khusunya. Seorang wartawan kawakan Jon Rappoport menyimpulkan sangat tepat soal ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun