Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kebijakan Wiranto Berkualitas

15 Oktober 2017   04:57 Diperbarui: 15 Oktober 2017   04:59 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam pesta rakyat nanti (pilkada dan pilpres) suasana dimasyarakat bisa memanas, kata menkopolhukam Wiranto di gedung Kemenkopolhukam, JakartaPusat, Jumat (13/10, merdeka com). Situasi sedikit memanas ini adalah wajar menurut menkopolhukam, dan tidak bisa dihindari. Biar bagaimanapun ini adalah pesta demokrasi yang patutnya membawa suasana yang menggembirakan bagi rakyat Indonesia, bisa mencetuskan dan menyatakan kehendak politiknya lewat pemilihan yang demokratis pula. Yang perlu kita jaga kata menko Wiranto ialah jangan sampai suasana panas itu memecah belah bangsa kita, karena masih banyak kerjaan lain selain pilkada dan pemilu, pilkada dan pilpres. Betul sekali memang, kerjaan lain ini yang penting, artinya dengan demokrasi itu, bangsa ini membangun masa depannya, tanpa gangguan perpecahan.

Dan kalau ada gejala ini terjadi mari kita atasi bersama kata menko Wiranto. Memang sesuai dengan tradisi leluhur bangsa ini, kesulitan diatasi bersama dengan cara leluhur kita juga: gotong royong.

Belakangan ini memang terasa sekali dan kita melihat semua dengan mata kepala sendiri bagaimana Sindikat Saracen bikin perpecahan dan adu domba, menyebarkan ujaran kebencian dikalangan penduduk bangsa ini, yang berbeda agama, suku/kultur dsb. Perbedaan selalu ada karena kita adalah negeri Bhinneka Tunggal Ika. Di Indonesia semua ujaran kebencian ini kelihatannya memang ditujukan untuk melawan politik berbeda terutama Jokowi dan kekuasaannya, dan dalam persiapan menghadapi pilpres nanti.

Kalau kita perhatikan kelahiran dan perkembangan hoax ini sejajar juga dengan adanya secara internasional seperti di AS itu, dalam melawan presiden nasionalis Trump dan oleh Trump disebut Fake News. Fake News ini sekarang sedang semarak-semaraknya dan secara sistematis dan besar-besaran menyiarkan fake news dalam melawan dan mau menjatuhkan Trump. Dan sekarang sudah jelas di AS siapa dibelakang fake news ini, yaitu golongan yang disebut 'deep state'.

"Deep state" adalah istilah yang muncul dan jadi populer dengan munculnya Trump sebagai presiden negara Adi Daya AS. Pada mulanya orang-orang pada sungkan memakai istilah ini, karena dianggap atau diisukan berbahaya bagi existensi AS, juga diisukan tidak benar atau dikatakan tidak ada atau tidak mungkin terjadi di AS. Tetapi sebulan dua bulan Trump menjabat sebagai presiden, istilah ini jadi populer dan semakin terus terang diskusi dan perebatannya di kalangan publik AS soal existensi deep state ini. Dan media pada umumnya sudah mengakui terpecahnya AS jadi 2 kubu yaitu kubu Trump dan kubu anti-Trump yaitu kubu deep state. AS sudah jelas terpecah dua dan semakin jelas tiap hari berlalu. Dan sekarang sudah jelas bahkan bagi populasi dunia apa dan dimana perbedaannya antara kedua kubu bertentangan ini. Lebih jauh dari situ, semakin populer dikalangan publik AS bahwa deep state adalah pencipta fake news secara sistematis bertujuan mengacau dan kemudian bisa menjatuhkan Trump.

Diteliti lebih mendalam seperti terlihat sejak kampanye pilpres bahwa  perbedaan antara dua calon presiden itu ialah antara ide nasionalisme (Trump) kontra ide globalisme/internasionalisme neoliberal (Clinton). 

Soal deep state ini yang pada mulanya didefinisikan sebagai aslinya di Timur Tengah, khususnya Turky adalah segerombolan manusia bagian dari administrasi/birokrasi negara yang berdiri sendiri dan bertindak  diluar pengetahuan exekutif itu sendiri. Pada zamannya golongan ini bikin dan pakai tindakan kekerasan menghabiskan lawan-lawannya di negara bersangkutan. Tetapi cara ini dirasakan tidak mungkin dijalankan di AS sekarang ini, dan deep state AS pakai cara lain yaitu pakai FAKE NEWS secara sistematis dan besar-besaran, dengan sasaran tertentu dan pasti. Dan dilakukan oleh Main Stream Media milik neolib, seperti CNN yang disebut oleh Trump sebagai FNN (Fake News Network). Karena itu juga Trump bilang kalau Main Stream Media sebagai 'the enemy of the American people'.

Mengenai penjelmaan deep state ini di AS seorang penulis di the economist pernah bilang:

"In its present avatar, "deep state" seems set to go the way of "fake news" in American discourse, a once-useful term rendered meaningless by promiscuous repetition, often in reference to quite different things." Inilah cara baru yang sudah ditetapkan dan dijalankan oleh neolib internasional (sekarang deep state) kalau dibandingkan dengan cara lama dengan kekerasan atau berbagai pembunuhan (misalnya JFK) dan bahkan pembunuhan massal seperti Indonesia 1965.

Siapakah orang-orang dibelakang deep state?

Dibelakang deep state terutama ialah dari top level finance and industry dan organisasi inteligen negara (Wikipedia). Soal finans atau duit, 'siapa yang mengusai duit, dia menguasai dunia' sudah sering kita dengar. Bankir Mayer Rothschild bilang "Let me issue and control a nation's money and I care not who makes the laws". Betapa kuatnya duit itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun