Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Harga Mulai Mahal, Peternak dan Petani Tetap Menjerit

29 April 2020   08:33 Diperbarui: 29 April 2020   08:46 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daing ayam.(THINKSTOCK via KOMPAS.com)

Konsumsi makanan pokok masyarakat di masa social distancing ternyata tidak mengalami penurunan. Grafik belanja masyarakat tetap meningkat. Terutama memasuki Bulan Ramadan, kebutuhan masyarakat ada kecenderungan bertambah.

Kondisi tersebut membuat hukum pasar berlaku. Dimana permintaan bertambah tinggi, sementara stok barang menipis, maka harga jual jadi semakin mahal. Hampir semua barang kebutuhan sehari-hari yang diperlukan masyarakat mengalami kenaikan harga. Sembilan bahan pokok (sembako) yang menjadi kebutuhan primer, berubah harga mulai dari warung di perumahan, pasar tradisional hingga supermarket.

Di lapangan, tetap saja yang harus menanggung beban adalah pembeli. Masyarakat yang menjadi pembeli mau tidak mau mengeluarkan anggaran yang lebih banyak. Pada kondisi semacam itu, memang tidak ada pilihan bagi pembeli. Masih beruntung mendapatkan barang dengan harga mahal, ketimbang kehabisan diborong sama yang lain.

Fenomena kenaikan harga di Bulan Ramadan memang selalu terjadi setiap tahun. Namun tahun ini diperparah dengan dengan mewabahnya virus corona. Informasi pembatasan sosial, yang membuat panik masyarakat, mendorongnya terjadinya pembelian barang berlebihan di satu waktu. Aksi borong, membuat barang di pasaran jadi cepat habis. Efeknya pelaku perdagangan berani menaikan harga jual, dengan pertimbangan tetap laris, karena barang-barang yang dijajakan bakal diborong dalam waktu singkat.

Namun ada yang unik dengan terjadinya kenaikan harga jual sembako. Terutama yang menyangkut produk-produk yang dihasilkan para petani dan peternak. Logikan masyarakat awam, dengan naiknya harga-harga barang yang dijual, otomatis akan mensejahterakan petani dan peternak. Ternyata logika itu bukan jaminan. Kenyataan di lapangan, para petani dan peternak tidak mencicipi harga jual yang mahal.

Aneka sayuran dan daging. (foto: dok. pribadi)
Aneka sayuran dan daging. (foto: dok. pribadi)

Ironisnya, para petani dan peternak bukannya bersenang-senang menikmati harga barang di pasaran yang melambung. Justru mereka di saat yang sama lagi menjerit. Produk yang mereka hasilkan cuma dibeli dengan harga murah. Keruan saja usaha mereka terancam kebangkrutan. Sudah mengeluarkan modal dan biaya operasinal yang cukup tinggi, ternyata apa yang mereka jual jaluh di luar harapan.

Bisa diambil contoh dengan harga daging ayam sayur. Rata-rata harga satu kilonya kini berkisar antar Rp 30.000-00 hingga Rp 35.000,00. Baik di warung, pasar tradisional, hingga super market, harga itu sudah sangat standar. Bahkan jika permintaan semakin tinggi, semacam di Bulan Ramadan harga daging ayam bisa tembus Rp 40.000,00/kg.

"Iya sudah untung, bisa beli daging ayam dengan harga Rp 35.000,00/kg. Sekarang memang harganya segitu. Sudah tidak kaget. Walau kemarin-kemarin sempat mencapai Rp 34.000,00/kg. Nanti juga naik lagi sampai Rp 40.000,00/kg kalau mendekati Lebaran," kata Ibu Sutinah yang belanja di Pasar Ciwastra Kota Bandung.

Terancam gulung tikar
Harusnya para peternak ayam menampuk keuntungan dengan harga jual ayam yang di pasaran makin mahal. Namun apa yang terjadi? Kini justru banyak peternak ayam terancam gulung tikar. Para bandar tetap membeli ayam potong dari peternak dengan harga yang sangat murah. Setiap ayam hanya dihargai paling mahal Rp 13.000,00. Harga itu sudah lumayan bagi peternak, karena seringkali bandar cuma membeli dengan harga Rp 10.000,00 per ayam.

Pun demikian dengan harga telur. Di pasaran harga telur ayam terus merangkak naik. Sebelum Ramadan, masih ada pedagang yang menjual telur Rp 22.000,00/kg. Kini harga telur paling murah di pasaran Rp 23.500/kg dan sudah ada yang menjual dengan harga Rp 25.000,00/kg. Sementara peternak cuma bisa menjual telur ke bandar cuma Rp 9.000,00/kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun