Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Inilah Cara Menghancurkan Koalisi Merah Putih

27 Agustus 2014   23:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:20 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_339859" align="aligncenter" width="400" caption="http://vidronovo.files.wordpress.com/2011/08/vidro-rachado.jpg"][/caption]

Sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang sensitif. Tidak layak untuk dibicarakan terbuka karena merupakan strategi bersifat rahasia. Titik sensitifnya adalah pada kata ‘hancurkan’, semacam ajakan untuk membuat sesuatu yang sudah jadi menjadi tidak berfungsi lagi, bahkan mungkin hilang sama sekali.

Koalisi merah putih merupakan kelompok yang solid menurut pernyataan anggotanya. Bentuknya mapan yang terbangun dari komitmen beberapa pihak. Kemapanan ini punya satu tujuan bersama, namun juga memuat beragam kepentingan tersembunyi sesuai ciri masing-masing kelompok.

Kehadiran mereka sah menurut undang-undang dalam konteks bernegara mendampingi pemerintahan yang sedang berkuasa.

Tidak lama lagi tim koalisi akan menjadi kelompok aktor politik yang bikin seru panggung politik negara ini. Mereka menjadi mirip sebuah pemerintahan tersendiri disamping pemerintahan resmi Jokowi yang berjalan. Hanya posisi mereka tidak sampai pada tahap pelaksana kebijakan.

Kekuatiran muncul ketika pemerintah yang berkuasa mengambil kebijakan publik dihambat tim koalisi dengan berbagai argumen. Apalagi jumlah mereka besar sangat sigifikan menghentikan suatu kebijakan. Bisa jadi akan banyak argumen dan istilah baru muncul dari debat mereka saat memerankan diri sebagai ‘penyeimbang’ pemerintahan Jokowi yang berkuasa.

Konteks mengkritisi dan penyimbang bisa berubah ketika pada akhirnya hanya sebagai penghambat kebijakan. Ini akan menggangu jalannya pemerintahan yang berpacu dengan waktu dan kebutuhan rakyat.

[caption id="attachment_339873" align="aligncenter" width="580" caption="http://sociopolitica.files.wordpress.com/2012/01/adu-domba11.jpg"]

1409133333548484034
1409133333548484034
[/caption]

Konteks penghambat bisa ditanggulangi dengan menyingkirkan penghambat itu dengan cara mengacurkannya. Strategi menghancurkannya ‘mudah’ yakni pakai politik adu domba (de vide et impera). Ini mirip dengan cara penjajah Belanda jaman dulu. Sangat efektif melemahkan suatu kekuatan yang solid tanpa banyak keluar keringat. Bukankah tim koalisi terdiri dari kelompok yang punya kepentingan tersembunyi sesuai ciri masing-masing kelompoknya?

Kepentingan kelompok didalam organisasi mereka bisa menjadi entri point. Apalagi didalamnya memuat pribadi-pribadi ambisius yang bisa melupakan kebersamaan saat ambisinya sekiranya bisa terwujud.

Untuk menghancurkan koalisi perlu dibentuk tim khusus penghancur. Selain membaca ulang dan mendalami sejarah bangsa, tim ini perlu juga berguru (coaching clinic) ke negeri Belanda selama beberapa waktu. Tapi ingat, jangan tergoda dengan total fotball, karena tim penghancur tidak punya cukup stamina menjalankannya.

Secara detail strategi devide et impera belum bisa saya sampaikan secara terbuka di sini karena selain sensitif dan bersifat rahasia, saya juga belum sampai ke Belanda. Ini kereta Argo Parahyangan yangsaya tumpangi baru melewati stasiun Manggarai, tak lama lagi masuk Gambir. Sementara kereta dari Gambir ke Belanda masih lama dan sangat jauh. Tunggu saya kembali dari Belanda, ya. Heu..heu..heu..!

Salam persatuan aja, deh...

[caption id="attachment_339870" align="aligncenter" width="597" caption="http://humanbeingsfirst.files.wordpress.com/2010/07/always-you-with-that-conspiracy-stuff.jpg?w=597&h=432"]

1409132951517905695
1409132951517905695
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun