Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menghadapi "Mental Block" saat Tugas Akhir di Perguruan Tinggi

18 Januari 2017   21:28 Diperbarui: 19 Januari 2017   02:06 3636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: herdy07.wordpress.com

Kondisi mental block si mahasiswa ini sering dijadikan bahan guyonan diantara sesama teman kuliah; “waah, Yin dan Yang kamu nggak cocok dengan dosen itu. Heuheu..! Kamu mesti diruwat dulu, tuh...harus mandi kembang tujuh warna tengah malam, hahahaha!”

Faktor ‘killer’nya si dosen bukan penyebab utama mental block si mahasiswa. Toh, mental block seorang mahasiswa bisa terjadi terhadap dosen ramah dan favorit. Terhadap mahasiswa lain yang juga tugas akhir dengan bimbingan dosen tersebut berjalan lancar dan tidak ada mental block.

Ada suatu yang ‘sulit dijelaskan’ pada penyebab seorang mahasiswa mengalami mental block yang menyebabkan dia canggung bertindak, kesulitan berbicara,kesulitan mengaktualisasikan kemampuannya--walaupun sebenarnya memiliki si mahasiswa dikenal cerdas, supel, humoris, dan komunikatif.  Hal itu lebih dikarenakan faktor dalam diri si mahasiswa. Ada ’sesuatu banget’ yang sulit dijelaskan penyebabnya. Istilah gaulnya ; ‘ada yang korslet’ dalam diri si mahasiswa terhadap salah satu dosen pembimbingnya. Dalam hal ini si dosen tidak bisa disalahkan sepenuhnya  karena memang 'sudah dari sono' gayanya begitu. Banyak mahasiswa sudah dibimbingnya dengan lancar jaya. Demikian juga si mahasiswa cerdas tadi 'sudah dari sononya' begitu. Keduanya menjadi 'tidak cocok'. Lalu bagaimana solusi cepat menjalani tugas akhir?

sumber gambar: okezone.com
sumber gambar: okezone.com
Menghadapi Mental Block

Tulisan ini bukanlah artikel psikologi, karena saya bukan ahli psikologi. Saya hanya lelaki kecil penantang hidup...heuheu! Untuk mengobati ‘mental block’ butuh ahli khusus (psikolog), untuk therapinya butuh waktu dan tenaga serta biaya.

Artikel ini hanya memberikan tip pragmatis terkait penyelesaian Tugas Akhir. Perlu diingat bahwa kuliah dan penyelesaian Tugas Akhir dibatasi oleh waktu. Tak sempat berobat psikologis untuk menghilangkan mental block secara total sembari mengerjakan Tugas Akhir. Untuk itu perlu siasat agar bisa selesai, yakni :

Pertama, saat memasuki tahap awal tugas akhir si mahasiswa harus intensif berinteraksi di dalam proses bimbingan dengan para dosen pembimbing yang sudah ditunjuk oleh pihak fakultas/jurusan. Interaksi ini untuk membangun chemistry dengan para dosen pembimbing, baik pembimbing I, II dan III. Bagi mahasiswa, hal ini juga sekaligus untuk 'mendeteksi secara diam-diam' apakah para dosen itu cocok dalam berkomunikasi dan membangun ide serta kemampuan diri si mahasiswa. Satu hal yang ‘merupakan realitas’ dunia kampus bahwa setiap dosen memiliki cara pandang, cara berpikir, metode, mazhab teori, dan sejenisnya yang tidak sama terhadap suatu masalah. Akibatnya si mahaiswa sering bingung karena pembimbing I ‘maunya ke kanan dan bawah’ sementara pembimbing II maunya ke kiri-atas. Belum lagi pembimbing III. Hadeuuh, capek deeh...!

Sebenarnya hal tersebut merupakan tantangan bagi si mahasiswa untuk ‘menjembatani semua gaya dan mazhab’ itu. Namun tak semua mahasiswa mampu melakukannya. Akhirnya semua kembali ke setiap setting diri mahasiswa. Bila tak mampu, ujung-ujungnya bisa memunculkan mental block terhadap salah satu dosen pembimbing.

Bila terjadi mental block, maka segeralah konsultasikan pada ketua jurusan atau salah satu dosen pembimbing dimana anda tidak mengalami mental block.  Setelah melakukan konsultasi dengan ketua jurusan dan dosen pembimbing lain anda juga perlu membicarakannya dengan si dosen penyebab anda mental block. Lakukan pembicaraan dari hati ke hati dengan bahasa yang sopan. Jangan menyalahkan si dosen melainkan lebih kepada kekurang mampuan anda memahami beliau.

Hal tersebut penting dilakukan agar relasi personal tetap baik dengan beliau bila kelak tidak lagi jadi menjadi pembimbing. Setelah itu, mintalah pergantian pembimbing selagi tahapan tugas akhir belum memasuki tahapan terlalu jauh. Bagaimanapun, persoalan mendapatkan pembimbing yang tepat  adalah hak mahasiswa untuk mendapatkan pelayanan dari kampus, hak untuk berkembang, hak menyelesaikan tugas akhir dan hak untuk menjadikan diri sendiri sebagai lulusan.

Kedua, bila tahapan tugas akhir sudah terlanjur jauh dan anda baru menyadari mengalami mental block, maka hal yang perlu dilakukan adalah mengevalusi tahapan anda dikaitkan dengan masa studi yang tersedia. Akan lebih baik anda lakukan ketika masih tahap pengolahan data atau draf analisis. Hasil evaluasi diri itu disampaikan ke pihak jurusan dan dosen pembimbing lain dimana anda tidak mengalami mental block. Mintalah pertimbangan pihak jurusan untuk melakukan pergantian dosen pembimbing. Hal ini relatif berat, namun bukan tidak mungkin demi kelancaran studi anda dan nama baik fakultas/jurusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun