Mohon tunggu...
PBL DR20
PBL DR20 Mohon Tunggu... Wiraswasta - TUGAS PBL-DR KELOMPOK 20

TUGAS PBL-DR KELOMPOK 20

Selanjutnya

Tutup

Healthy

ISPA dan Faktor Lingkungan di Desa Batu Ajo

1 September 2020   19:33 Diperbarui: 1 September 2020   20:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Desa Batu Ajo adalah Desa yang terletak di Kota Pinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatra Utara, Indonesia. Desa ini merupakan salah satu desa dengan angka kasus yang cukup  tinggi mengidap penyakit ISPA di Kota Pinang. Penyebaran kasus ISPA di desa Batu ajo mengalami peningkatan ditahun 2019, sejak bulan Januari hingga bulan Desember, kasus ISPA  mencapai 259 kasus. Menurut data Puskesmas Batu Ajo, ISPA merupakan penyakit tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Batu Ajo, karna setiap bulannya angka Prevalensi ISPA terus meningkat.

Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah (Kemenkes RI, 2015).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular  udara yang sering terjadi pada anak dan menjadi salah satu penyebab kematian tersering pada anak di dunia. Angka kematian pada balita (usia di bawah lima  tahun) di dunia pada tahun 2013 sebesar 45,6 per 1000 kelahiran hidup dan 15% diantaranya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut (WHO, 2015). Insiden di negara berkembang menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak setiap tahun dan di negara maju sebanyak 0,05 episode per anak setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun di mana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus ISPA terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta), dan Bangladesh, Indonesia, serta Nigeria masing-masing enam juta episode. Semua kasus yang terjadi di masyarakat, diantaranya 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

 Menurut data Riskesdas (2018), prevalensi ISPA di Indonesia berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala yang pernah dialami oleh ART sebesar 9,3%. Provinsi dengan penderita ISPA tertinggi terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 15,4%. Sementara, penderita ISPA paling sedikit terdapat di Jambi sebesar 5,5%. Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA yaitu umur, status gizi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, bahan bakar masak, perokok dalam rumah, jenis lantai dan outdoor pollution. Pengakit ISPA ini di tandai dengan gejala seperti tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
 
Lingkungan  fisik  rumah  merupakan  salah  satu faktor  yang berhubungan  dengan  kejadian ISPA seperti, jenis  keadaan  lantai, pencahayaan yang  masuk,  kelembaban  ruang  kamar, dan  jumlah anggota penghuni  rumah  yang  tidak  memenuhi syarat. Penelitian yang telah dilakukan oleh Munaya (2015), menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai, jenis atap, jenis dinding, kepadatan hunian, keberadaan perokok dalam rumah dan penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA.

Faktor yang paling dominan menjadi penyebab banyaknya warga desa Batu Ajo terkena penyakit ISPA adalah factor lingkungan. kondisi lingkungan yang mempunyai tingkat polusi yang buruk dan sanitasi yang kurang baik bisa menjadi pencetus terjadinya ISPA. Hal ini dikarenakan pencemaran udara dapat menimbulkan peradangan terhadap permukaan mukosa saluran pernapasan. pencemaran udara dimasyarakat berupa gas/uap dan pertikel-partikel lainnya seperti debu. Ada atau tidak adanya pencemaran udara dapat diketahui dari hasil pengukuran berbagai parameter pencemaran yang diperiksa/ diukur secara rutin oleh stasion pemantau udara diberbagai wilayah dibeberapa kota besar di Indonesia. Parameter tersebut adalah CO, NO, SO2, O2, partikulat, dan HK. Perilaku dan kebiasaan akan menentukan kualitas udara disekitarnya.

Pada daerah Desa Batu Ajo ini memiliki lingkungan dengan polusi tinggi yang di sebabkan oleh jalan besar desa batu ajo masih belum aspal (masih tanah). Hal ini membuat abu yang diperoleh dari jalan tersebut menyebar akibat truk-truk besar yang melintas menuju pabrik dan membuat masyarakat menghirup abu ketika melewati jalan tersebut. Selain itu, pengendara sepeda motor yang lewat juga menghasilkan polusi udara yang akan mencemari lingkungan. Abu tidak hanya ada pada siang atau sore hari saja, tetapi dari pagi hingga malam abu-abu dijalanan masih dapat ditemukan. Bahkan tidak hanya dijalanan saja, abu-abu tersebut juga menyebar sampai kerumah-rumah masyarakat. Sehingga masyarakat selalu menghirup udara yang tidak baik.

Selain itu, faktor perilaku juga membuat semakin meningkatnya kejadian ISPA. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan masker pada saat keluar rumah. Mayoritas masyarakat didesa batu ajo bekerja sebagai buruh tani/ petani sawit, saat bekerja mereka tidak menggunakan APD sehingga dalam perjalanan dari rumah ke lahan tempat ia bekerja, selalu menghirup polusi-polusi yang menyebar di sepanjang ruas jalan. Partikel-partikel kecil dari pohon kelapa sawit juga dapa terhirup sehingga dapat mengakibatkan infeksi saluran pernafasan.

Mayoritas masyarakat di Desa Batu Ajo erperilaku merokok, para perokok tidak hanya orang dewasa saja tetapi anak-anak dibawah umur seperti anak-anak SD dan SMP. Bahkan mereka merokok di sembarang tempat, seperti di warung, di lapangan, dijalan. Kebanyakan dari mereka merokok didalam rumah yang membuat orang yang tidak merokok juga menghirup asap rokok mereka. Banyaknya asap rokok yang terhirup oleh masyarakat tersebutjuga dapat menimbulkan peradangan saluran pernafasan.

Untuk menanggulangi semakin meningkatnya angka kejadian penyakit ISPA di desa Batu Ajo, maka diharapkan masyarakat tersebut dapat melakukan pola hidup bersih dan sehat, seperti selalu mencuci tangan serta menutup mulut dan hidung pada saat batuk dan bersin, memiliki pola tidur yang cukup, rajin mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi guna meningkatkan sistem imun tubuh, berhenti merokok dan menghindari asap rokok, serta selalu menggunakan masker pada saat keluar rumah guna menghindari terhirupnya polusi udara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun