Kerja sampingan atau side job zaman dulu jauh berbeda dengan sekarang. Dengan adanya internet, kerja sampingan lebih luas jangkauannya dan fleksibel.Â
Segala bentuk jual-beli dan macam-macam kursus atau privat mata pelajaran  bisa dilakukan secara online, bahkan seminar atau workshop juga bisa yang selama ini selalu dilakukan dengan tatap muka.Â
Dengan demikian peluang untuk melakukan kerja sampingan lebih terbuka dan lebih menantang terutama bagi generasi melenial.Â
Modalnya cukup punya keterampilan yang diperlukan orang lain dan kemauan yang kuat serta menguasai teknologi internet.
Kerja sampingan yang diangkat menjadi topik dari Kompasiana mengingatkan saya akan kenangan 40 tahun lalu tepatnya tahun 1981 ketika pertama kali saya mendapatkan kerja sampingan sebagai guru les bahasa Inggris.Â
Saat itu saya baru tahun pertama mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Ingris di satu-satunya perguruan tinggi pendidikan negeri di kota Semarang.
Saya ditawari membantu teman mengajar les bahasa Inggris. Karena informal dan waktunya dapat diatur sendiri, akhirnya tawaran itu saya terima sekalian mempraktikan ilmu yang diperoleh dari kampus.
Ternyata tahun 1981 merupakan kerja sampingan pertama yang saya jalani sampai sekarang sekarang dan tidak terasa sudah 40 tahun menghadapi lika-liku kerja sampingan.Â
Setelah menjadi guru dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), kerja sampingan tidak berhenti tetapi malah banyak yang menawari saya kerja sampingan.
Namun, masalahnya pada saat itu tahun 1983, jumlah lulusan IKIP masih sedikit sehingga mahasiswa begitu lulus dari IKIP banyak yang menawari pekerjaan jadi guru.Â
Guru atau dosen merupakan profesi yang peluangnya terbuka untuk mencari kerja sampingan, asal jadwal mengajarnya bisa diatur. Izin dari atasan langsung sangat diperlukan meskipun secara informal agar tidak terjadi konflik jika timbul masalah.Â