Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat dan Fase Penyisihan Grup Liga Champions Eropa

9 Februari 2017   06:32 Diperbarui: 9 Februari 2017   07:43 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jangan sensi dan nuduh penuh kebencian ya, ini edisi tanya yang mau jawab gak usah nuduh-nuduh, kalau gak mampu jawab lebih baik minggir. Liga Champions Eropa, sebelum fase gugur, biasanya ada sistem kandang tandang, yang lolos peringkat satu dan dua, sedang peringkat tiga terbaik turun ke Liga Eropa yang kelas gengsinya turun karena diikuti peringkat tidak terbaik di liga negara-negara Eropa.

Apa kaitannya dengan Demokrat? Ada selentingan, ingat jika, jangan mudah ngamuk dan mengatakan mendoakan, ini sekali lagi kalau alias jika, Agus tidak jadi gubernur Jakarta (bukan kalah lho ya, nanti buat sensi dan lapak jadi penuh hujatan, atau ngajarin nulis padahal gak pernah nulis), akan dijadikan calon gubernur di Jawa Timur.

Jika demikian, apakah artinya Jatim setara dengan Liga Eropa? Gagal di level tertinggi Jakarta menjadi Jatim? Bisa demikian bisa juga tidak, seturut sudut pandang masing-masing. Sebuah tanya adalah, apakah model demikian menjadi contoh berdemokrasi yang baik? Benar bahwa kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda, gagal di satu tempat bisa saja berhasil di tempat lain. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan model ini, toh hak setiap warga negara untuk mencalonkan diri di manapun menjadi kepala daerah asal bisa mendapatkan kendaraan alias parpol atau jalur independen jika memang menghendaki.

Alangkah lebih bijaksana jika Agus mulai dulu dari bawah, semisal di Pacitan, jika sukses, bisa memberikan gebrakan yang sangat signifikan di level kabupaten, bukan tidak mungkin Jakarta malah menghendaki membawa Agus ke Jakarta, tidak perlu bersusah payah karena memang sudah terbukti sukses dan bisa memberikan jaminan akan keberhasilan.

Pola ini bisa saja akan membuat sensi dan tidak suka karena pernah dijalani Pak Jokowi, sedang Pak Beye naga-naganya tidak akan suka menggunakan cara ini. Namun apakah perjalanan dari pra pencalonan, pencalonan, kampanye, dan jika tidak jadi itu bukan catatan buruk untuk seorang politikus yang masih belajar? Hal yang wajar  memang politikus jatuh bangun, apakah Agus sanggup, sedangkan dia selama ini lempeng saja dalam studi, karir, dan di militer jalurnya relatif aman, bukan seorang yang mengalami banyak tantangan untuk bisa berjuang.

Peluang di Jatim-1, tentu Pak Beye masih banyak berharap sekitaran Madiun Raya masih menjadi basis sebagaimana mengantar Ibas menjadi jawara masuk Kura-Kura Hijau. Pemilih terbanyak untuk anggota dewan, Pacitan sebagai tempat asal Pak Beye sebagai andalan, apakah masih bisa? Tentu pengalaman selama ini bisa sangat berpengaruh yang sangat berbeda.

Pemerintahan sepuluh tahun Pak Beye suka atau tidak, lebih banyak bolong daripada apa yang diharapkan, lihat saja paling fenomenal adalah katakan tidak pada korupsi yang hingga hari ini masih ada saja yang ditunggu KPK karena korupsi. Belum lagi kisah-kisah lainnya. Sudah berbeda kondisi dan keadaan, harapan itu tidak mudah bagi Agus dan Demokrat.

Persaingan Jatim  satu tentu lebih kompetitif, bagaimana tidak, Demokrat selama sepuluh tahun toh lekat diwarnai dengan tanda tanya soal kemenangannya di periode lalu. Apakah masih akan diulangi lagi? Sudah susah untuk memperoleh jabatan dengan cara yang telah lampau itu.

Parpol besar di Jatim seperti PKB, PDI-P, dan juga Golkar tentu tidak akan tinggal diam, meskipun pernah berkuasa, toh ingin juga jadi Jatim-1 bukan hanya dua. Tentu mereka sudah berancang-ancang untuk bisa menjadi gubernur setelah sekian lama ada di bawah bayang-bayang.

Parpol baru juga mulai melirik dan mengelus-elus calon dan bakal calon yang lebih dekat ideologis dan tentu kedekatan pimpinan pusatnya. Sebagaimana Nasdem tentu akan bermain juga meskipun tidak signifikan atau mampu maju sendiri, mereka susah untuk bisa bersama-sama Demokrat untuk membawa Agus.

Peta politik yang ada masih tidak akan jauh-jauh dari PDI-P, PKB,  Gerindra meskipun masih baru, toh mendapat peringkat ketiga, mereka tentu tidak akan tinggal diam, secara historis juga sulit meskipun bukan tidak mungkin bisa saja bersama Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun