Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Said Didu Mangkir Lagi, Belajar Oposan Gaya Baru

12 Mei 2020   11:59 Diperbarui: 12 Mei 2020   12:23 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mau SBY, AHY, Amien Rais, atau siapapun dalam barisan oposan, bagus, baik, dan memang seharusnya di dalam negara demokrasi. Ada penyeimbang, jika tidak malah jadi otoriter dan negara menjadi tertutup dan tidak maju-maju. Beberapa hal bisa dilihat,

Soal pilihan lock down. Kecenderungan pemerintah yang menolak lockdown dinilai sebagai keliru. Perbandingan Vietnam, atau mana yang lebih baik. Boleh rujukan ke mana atau siapa. Namun apakah ingat sistem bernegara Vietnam itu sepeti apa? Kekuasaan pemerintah mutlak. Lha di sini dikit-dikit HAM, pemerintah otoriter, dan sejenisnya.

Padahal ada ide yang sangat mungkin dilakukan dan didengungkan sebagai sebuah gagasan bagus. Bali, Jawa Tengah, dan Yogyakarta memiliki penanganan yang lebih tepat, mengapa tidak ada satu pun oposan yang menyatakan itu? Ke mana-mana  namun tidak tahu kondisi dengan tepat seperti apa.

Bisa pula masukan untuk penerapan ODP dan PDP karantina dengan lebih ketat, sedangkan yang lainnya berjalan dengan protokol kesehatan dengan baik. Gagasan itu ada, sepanjang mau dan lepas dari kepentingan. Susah ketika enggan karena nanti poin untuk rival. Lha ini bukan pertandingan olah raga siapa dapat poin dan menang.

Menghadapi kasus hukum. Coba jika model oposan itu mau tertib hukum. Patuh, ikuti aturan main dengan gagah berani, ingat ketika Amien Rais menjadi saksi kasus Ratna Sarumpaet akhirnya memuji polisi baik karena disediakan gudeg? Taat hukum, bukan malah menjadi atasan atas hukum. Masyarakat jadi respek, bukan malah jadi jengkel.

Berani bersikap ya tanggung jawab. Selama ini malah terkesan mau menang sendiri dan  menjadikan polemik padahal aslinya tidak mau mempertanggungwabkan perbuatannya. Bagaimana bisa dipercaya coba jika demikian. Aneh yang tidak bermanfaat.

Menyasar justru kekuatan pemerintah. Lihat tuh bagaimana pemerintah selama ini justru dihantam pada kekuatan mereka. Ekonomi, pembangunan, dan sering pribadi. Lucu dan anehnya justru orang-orang yang bekerja baik yang menjadi sasaran tembak. Benar bangunan ketika tiang yang ditekan terus seluruh gedung akan roboh. Ketika tiang dan bangunan itu memang rusak.

Kesalahan ini yang menjadi oposan tidak berdampak, selain heboh tanpa hasil. Gerindra lima tahun lebih tidak membawa perubahan karena model ini. Mengapa tidak justru menyasar pada kelemahan pemerintah. Begitu banyak hal yang bisa diolah untuk menjadi amunisi demi runtuhnya bangunan. Kreatifitas tidak ada karena enggan kerja keras dan demi kepentingan sesaat saja yang ada di depan mata.

Fokus pada presiden, pergantian presiden seperti ganti baju. Padahal banyak hal yang bisa dilakukan oposan untuk menjual gagasan, ide, dan jualan dalam pemilu. Lihat selama ini hanya fokus menjatuhkan Jokowi. Presiden begini dan begitu, namun tidak ada satupun nama atau calon yang bisa ditawarkan yang sangat mungkin orang itu yakin akan lebih baik.

Model berpolitiknya selama ini hanya menjatuhkan pihak lawan, politik kepiting, mengganggu yang ada untuk ditarik, diinjak untuk panggung dirinya. Padahal sangat mungkin berbagi panggung, atau malah membangun panggung sendiri. Citrakan calon, atau gagasan itu secara konkret dan nyata, bukan malah mereduksi capaian pihak lain.

Khawatir akan memberikan poin pada pihak lain, kemudian membandingkan dengan masa lalu. Ingat ini era digital, semua terekam dengan sangat baik. Tidak perlu klaim atau mengaku ini itu, wong warga bisa melihat lagi kog. Khas SBY dan kelompoknya. Pembanding yang tidak berdampak, malah makin menjadi lelucon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun