Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yakin, Politikus Ini Menolak Jadi Menteri?

24 Agustus 2019   09:04 Diperbarui: 24 Agustus 2019   09:17 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yakin, Politikus Ini Menolak Jadi Menteri?

Usai pertemuan Jokowi-Prabowo, menyeruak khabar kalau Gerindra memiliki kemungkinan bergabung dalam pemerintahan. Hal yang sangat mungkin terjadi di dalam alam demokrasi kita yang masih seperti ini. Tentu masih ingat bagaimana P3, Golkar, dan PAN pada periode lalu.

Pembicaraan kabinet sangat riuh rendah karena banyak orang yang tidak tahu diri, atau malah seolah kepedekan, sehingga banyak yang tidak memiliki kompetensi, bahkan pernah juga tidak apa-apa pun dengan sangat percaya diri mencoba memaksakan untuk bisa kembali menjadi menteri. 

Tentu dengan "tekanan" dan mengandalkan "jasa" yang sering bukan apa yang ia capai sebagai pribadi.  Siapa saja mereka, toh publik dan Kompasianer tahu juga.

Salah satu yang menolak itu Risma Walikota dua periode Surabaya. Konon sejak 2014 telah ditawari namun enggan. Cukup langka di negeri ini orang bisa mengatakan tidak pada jabatan. Lihat bagaimana koruptor yang merasa diri tidak bersalah dan tidak mau mundur dari jabatan.

Atau mantan koruptor yang menjegal pelarangan mereka menjadi celg lagi. Ini gambaran mudah bahwa jauh lebih banyak orang gila kuasa dari pada yang tahu diri. Fakta lain, ada juga bagaimana menteri kemudian menjadi calon gubernur, bahkan bupati sekalipun, dan tidak enggan atau merasa turun kelas. 

Bukti lain, menjadi calon ke mana-mana, kalah di pilkada satu beralih ke kabupaten kota lain. Kalah di mana-mana tahun berikut atau periode mendatang akan tampil lagii dan banyak pula yang kalah juga.

Biasanya para politikus kutu loncat itu tidak memiliki reputasi cukup menonjol, pu prestasi tidak juga cukup jelas. Rekam jejak capaian masih minim. Hanya cenderung mengandalkan kekuatan uang. Wajar jika ketika menjadi pemimpin akhirnya jaga minim hasil apalagi terobosan yang fenomenal.

Menjadi kepada daerah karena sudah dua periode mencalonkan diri jadi wakil di daerah sendiri atau daerah lain pun ada. Luar biasa bukan kualitas demokrasi terutama yang gila kekuasaan itu.

Risma cukup berbeda. Menolak jabatan prestisius, dan bukti kalau memiliki visi, program, dan rencana yang akan membawa dampak itu ada. Rekam jejak sangat jelas apa yang sudah dirasakan. Pun pencalonan kedua tidak perlu banyak upaya untuk pemilih melabuhkan kembali pilihannya.

Hasil pembangunan dan terobosan untuk Surabaya jelas. Sering pemimpin itu ada atau tidak pun tidak berampak banyak. Mungkin di bawah 10% pemimpin daerah itu yang mempunyai program kerja dan hasil baik di tempat masing-masing. Tidak ada mereka pun jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun