Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Enso Allie, Tamzil, Babi, Gereja, dan Sikap Agresif-Reaktif Permisif

8 Agustus 2019   10:10 Diperbarui: 8 Agustus 2019   10:33 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Enzo Allie, Tamzil, Babi, Gereja, dan Sikap Agresiif-Reakti, Permisif

Media soail ataupun online, sedang riuh rendah, gemes, dan ramai dengan pemberitaan mengenai taruna militer keturunan Perancis. Usai viral Panglima TNI berkomunikasi dengan bahasa Perancis, tidak lama menjadi cukup panas karena jejak digital mengungkap masa lalu si calon.

Ternyata ia menjadi pendukung sebuah ormas yang sudah dibekukan. Gambarnya dengan bendera ormas  itu jelas. Pun ibunya dalam akun media sosial banyak sekali dukungan pada kelompok yang telah dibekukan dan melanggar UU di negara ini. Diperparah isi dari postingannya, cenderung memihak paslon dalam pilpres, sayang dengan merendahkan paslon lain.

Pilihan politik jelas tidak menggugurkan calon tentara, namun jika sudah merendahkan pemerintah, kemudian ada kecenderungan afiliasi lain, tentu perlu waspada dan hati-hati. Karena bisa menjadi pemicu karena balas dendam dan sakit hati, perlu kebijaksanaan yang tinggi.

Kisah kedua, penutupan paksa warung babi. Cukup aneh dan lucu, ada di kelasnya mall, berbeda jika di tepi jalan. Kondisi dan situasi khusus dan cenderung terbatas sangat berbeda dari pada jika restoran atau warungan di pinggir jalan, terminal, atau tempat umum lainnya. Ini pusat perbelanjaan.

Kisah ketiga, sweeping buku ajaran kiri. Beberapa hal yang patut dilihat lagi karena apa?

Pertama, apa iya mereka berkompeten memahami isi hanya dengan melihat judul. Jangan-jangaan buku bergaya satire pun bisa diambil. Lha Kompasianer kelas profesor, akademisi saja membaca satire saja salah karena kemungkinan hanya membaca judul, apalagi ini ormas, yang tidak pasti latar belakang keilmuan dan kemampuannya.

Mengerikan hanya karena judul kemudian mengambil begitu saja buku. Padahal Kejaksaan Agung telah menyatakan buku bebas beredar. Apa dasar mereka melakukan tindakan operasi demikian?

Ketiga, apa iya jika buku ultrakanan diambil dan mereka tidak mengadakan aksi yang kontraproduksi. Lihat saja toko-toko buku jaringan yang sama, di mana buku yang dituduh kiri itu diambil. Betapa banyak buku yang beraliran kanan, provokatif juga ada, toh aman.

Keempat, apa karena sealiran, sekelompok, searus boleh melaju, jika bertentangan menjadi musuh dan boleh dengan tafsir sendiri diselesaikan sepihak?

Gereja dan izinnya, tiba-tiba saja ada aksi untuk menghentikan pembangunan gereja. Ini sih sangat biasa, tidak mengagetkan, dan seolah alamiah. Apa iya, negara ini dibangun dengan arogansi sepihak, atas nama besar, kelompok banyak pngikut bisa melakukan apa saja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun