Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengamuk Ditilang, Murid Menantang Guru, Dewan Menghina Ulama, Gambaran Peradaban Kacau

12 Februari 2019   09:00 Diperbarui: 12 Februari 2019   09:09 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peran agama masih jauh dari harapan. Bagaimana agama masih sebatas label, ritual, dan hafalan ini dan itu. Ada sebuah  kutipan bijak, kalau orang yang masuk gereja dan merasa Kristen, sama juga orang yang di dalam garasi dan merasa mobil. Agama itu perilaku, bukan sekadar ibadat dan ritual apalagi hapal ini dan itu, namun tidak mengamalkannya dalam hidup nyata.

Pendidikan pun sama saja. Hanya mengejar nilai rapor, rangking, lulus UN, dan ijazah atau gelar semata. Bagaimana pendidikan dan pengajaran itu memberikan nilai lebih di dalam jenjang pendidikan. Ada perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik, bukan malah lebih buruk.

Pendidikan baik sekolah ataupun agama, harapanya adalah mampu membedakan mana yang baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas, bernilai moral atau tidak, mirisnya ternyata hal itu tidak ada sama sekali bekasnya. Pendidikan hanya sebuah jenjang naik tangga, di atas entah mau apa lagi. Kebingungan dan bisa saja sesat dan malah menimbulkan kekacauan karena tidak tahu mau apa.

Sikap bingung, frustasi, kekacauan dalam melihat masa depan, membuat peserta didik juga gamang mau apa sekolah, kalau tahu di depan sana tidak ada yang baik dan benar. Mau jadi siswa lurus, lempeng, atau pembunuh sekalipun sama saja kog akhirnya. Lihat tuh sekolah kedinasan yang sering sok militeristik, sering ada yang mati. Kadang si pembunuh bisa jadi pejabat tinggi negeri ini. Apa tidak miris?

Meradang, mudah ngamuk, dan tidak bertanggung jawab kan sikap kanak-kanak kalau orang dewasa jelas orang frustasi. Menghormati pihak yang lebih tua dan dituakan seolah menguap, tidak heran dinasihati untuk belajar, si bapak  tiri malah disewakan pembunuh bayaran.  

Peradaban kacau ini hanya karena dihuni segelintir elit dan politikus takut kalah. Miskin prestasi dan ngamuk setiap hari. Campur aduk antara agama dan politik, pendidikan, dan segala sesuatunya, namun munafik juga masih merajalela. Bagaimana jika sepemikiran, sama pilihan politik adalah kwan, namun yang berbeda dinilai sebagai musuh. Nilai agama dan pendidikan jelas jauh dari itu semua bukan?

Tertib hidup bersama masih jauh dari harapan. Apalagi bicara konsensus dan norma tidak tertulis. Masih jauh dari harapan dan idealitasnya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun