Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Koalisi 02 dan Gaya Militer Gagal

8 Februari 2019   13:54 Diperbarui: 8 Februari 2019   14:35 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Eits jangan sensi dulu, atau meradang dulu, baca baik-baik, kalau mau ribut mendingan menyingkir saja. Jadi begini, kalau dalam keadaan terdesak dan kalap, militer yang gagal, padahal memegang senjata, kan ada kemungkinan ngawur. Yang harusnya menembak musuh malah mengarahkan moncongnya pada pihak kawan sendiri.

Sering kan kita dengar ada tentara menembak bak babi buta rekannya, karena tertekan dalam masalah apapun yang menjadi latar belakang. Sebenarnya koalisi 02 perlu belajar dari film "Fury" di mana sudah patah semangat karena perbekalan minim, anggota amatiran, dan terkepung musuh. Bantuan sudah tidak bisa diharapkan. Namun malah bisa menang karena sikap tenang dan percaya diri, kalau tidak salah ingat.

Koalisi 02 kelihatannya gagah dan bangga mendirikan posko di dekat rumah Jokowi, kemudian belum puas mendirikan di dekat cafe putera Jokowi. Apa maksudnya dengan ini semua? Dominasi maya, alias semua, mau mengatakan berani, namun tidak ada esensi sama sekali di sana. 

Apa bedanya mau pusat komando di Papua dan di Solo, jika bukan suara yang diperoleh? Sama juga orang memberikan balsem panas namun tidak menyembuhkan sakit, karena sakitnya bukan karena demam. Tulang rekan diberi balsem juga tidak akan pulih, nyaman sejenak benar.

Dominasi palsu dan gagah-gagahan semata, pemberani, dan mau mengatakan sudah kami kuasai lho, ini kampanye dan pemilu bukan main betengan lho. Hanya sebuah proyek gagal namun seolah besar dan prestasi luar biasa. Bolehlah sebagai hasil orang minim prestasi, jadi mau apalagi.

Paling baru, ketika mengatakan pembangunan bangsa mulai Orde bru hinggi kini, jauh dari harapan. Jelas hal yang fatal mengatakan itu, di mana ada dua penguasa besar dan bangga dengan capaian di sana, Orba ada pada Tommy dan Demokrat penguasa dua periode. Kebanggaan yang ternoda oleh pernyataan calon saja belum bisa membangun itu.

Apakah ini kesengajaan? Sangat mungkin, melihat rekam jejaknya demikian. Namun  ini sangat serius implikasinya. Pembicaraan dan tanggapan negatif membawa nuansa perpecahan karena bom meledak di dalam kalangan sendiri, bukan untuk rival. Usai dengan berbagai-bagai serangan kepada kubu lawan dengan sangat mudah dan ringan dipatahkan, kali ini meledak di dalam.  Kesengajaan yang lemah dalam  persiapan, sehingga reaksi serius dari kedua penguasa masa lalu itu.

Tommy itu bukan siapa-siapa kali ini dalam percaturan politik. Memang uang bisa membuat segalanya berubah dan bisa menjadi apa saja. Namun ketika Soeharto dinyatakan gagal dan salah, itu fatal. 

Caleg partai politik Tomy itu selalu mengaitkan dan menyematkan gambar Harto dan Tommy, artinya mereka itu butuh Harto yang sudah coreng moreng, hanya soal romantisme masa lalu dan pribadi amnesia yang mau mengingat dan mengaitkan dengan itu. Mereka mengaitkan dengan Tomy sebagai representasi Harto, yang ternyata bukan siapa-siapa itu.

Apa yang mereka tampilkan jelas hanya kamuflase dan gambaran maya masa lalu yang sejatinya bukan kebanggaan. Mana ada kajian, seminar, buku, atau telaah mengenai kepemimpinan, buah pikir, atau prestasi Soeharto kini, jauh bertolak belakang dengan apa yang diberikan Sukarno tentunya.
Mengapa mereka meradang? Jelas saja, klaim secuil itu mau dihancurkan oleh pernyataan justru oleh mantan menantu sendiri, yang baru hendak menjajal lagi di dalam pilpres. Apa yang tidak banyak malah dibuang juga.

Demokrat juga setali tiga uang. Mereka paling bangga menyebut sendiri sebagai pemerintah dua periode pilihan langsung, demokrasi yang sejati. Meskipun bisa juga menjadi perdebatan di sana-sini. Ya sangat wajar lah ketika apa yang ada padanya tidak banyak itu, eh malah dinyatakan salah oleh  pribadi yang belum berbuat dan malah mereka dukung dan usung itu. Seperti orang yang tidak tahu diri sebenarnya. Lah mengatakan kesalahn pada satu sisi pada sisi lain ia memerlukan sokongan dan dukungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun