Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Guru Joko Susilo

13 November 2018   10:48 Diperbarui: 13 November 2018   10:59 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa saat dunia maya dikejutkan dengan riuh rendahnya video guru yang sedang "bergelut" dengan para siswa. Ujung-ujungnya sih ada klarifikasi bahwa itu candaan dan bentuk  keakraban guru dan murid. Beberapa hal cukup menarik untuk dijadikan pembelajaran bersama, juga menelaah lebih dalam lagi.

Dunia pendidikan sekarang memang jauh berbeda dengan beberapa waktu, apalagi dekade lalu. Guru bukan lagi seorang yang memberikan transfer ilmu semata-mata, subyek yang berperan sentral dan murid semata obyek yang hanya mendengarkan dan diam duduk manis, serta tidak ada inisitif sama sekali. Monolog dan searah, tidak ada timbal balik dan interaksi.

Pendidikan modern tidak demikian. relasi guru murid yang setara, cair, dan interaksi timbal balik sangat penting dan utama. Mengapa demikian, belajar itu harus bebas, merdeka, dan tidak tegang sehingga ilmu pengetahuan yang dipelajari itu bisa terserap dengan baik, bukan semata hapalan dan pengulangan semata.

Upaya pendekatan Guru Joko Susilo nampaknya mengarah ke sana, di mana bisa sangat bisa dipahami sekolah secara umum, pinggiran, kurang terkenal, kurang murid, kurang terurus, dan yayasan yang tidak cukup kuat (ini umum, bukan hanya sekolah Guru Joko S ini lho). 

Kecenderungan yang ada itu motivasi murid tidak cukup kuat untuk belajar dan berdinamika di sekolah. Sisi lain hal yang sama akan menjangkiti guru. Motivasi mengajar pun lemah dengan berbagai alasan dan motivasi yang melingkupi.

Motivasi Siswa

Sejak awal murid dalam sekolah tertentu itu lemah. memilih sekolah yang mau menerima, tidak ada pilihan dengan berbagai alasan. Soal keuangan, catatan kenakalan, atau karena kemampuan akademik yang rendah. Hal-hal itu berimbas banyak dalam dinamika dan kegiatan belajar mengajar.

Sekolah dan kelas yang sepi, tidak banyak murid karena  keterbatasan dalam banyak hal itu menambah sikap murid yang frustasi, merasa terbuang, tidak ada gairah untuk apa belajar, dan ujung-ujungnya lebih banyak sensasi daripada prestasi.

Motivasi belajar sangat rendah, sekolah itu hanya mencari uang saku dari orang tua, dan ada teman senasib sepenanggungan.

Ini tentu tidak seluruhnya, 100% dan tetap ada beberapa yang serius, masuk sekolah tersebut karena keterpaksaan yang lain. Mau tidak mau ada di sana.

Ciri anak baik ini biasanya nilainya jelas sangat bagus, jomplang, penampilan juga berbeda, tidak banyak ulah, dan jelas tampak sebagai siswa "normal". Ikut aturan sebagai siswa dan guru, sikap respek pada rekan dan guru mereka ini jaminan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun