Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

First Travel, Bisa Jadi Lapindo Kedua

19 Agustus 2017   09:13 Diperbarui: 19 Agustus 2017   21:23 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penipuan demi penipuan selalu lahir. Mengapa demikian? Adanya gaya hidup instan yang makin menguat. Kekayaan tanpa kerja keras menjadi sebuah pilihan yang menjanjikan. Di sisi lain banyak orang mudah tergiur karena adanya artis, pesohor, atau orang terkenal lainnya yang mengiklankan langsung mau. Sikap kritis yang masih perlu mendapatkan pembinaan dan pendidikan terus menerus.

Prinsip yang mudah terpengaruh

Sikap kritis dan suka mencari informasi lebih luas belum menjadi gaya hidup modern bangsa ini. Lebih mudah percaya kata orang membuat penipuan demi penipuan  berjalan marak dan seolah tidak ada akhirnya.  Model yang berubah namun intinya sama, melakukan pembodohan pihak lain demi kepentingan diri sendiri.

Sikap Rasional yang masih kalah oleh perasaan

Soal agama selalu laris manis karena ranah rasional agama dikesampingkan. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan para pencari untung untuk memperoleh jaminan hidup pribadinya. Dunia politik pun demikian, apalagi bisnis. Saatnya rasionalitas di dalam area spiritual juga dipakai.

Pemerintah bukan membayari mereka berangkat, namun membuat aturan dan pembinaan agar rakyat tidak lagi menipu dan tertipu lagi.

Sikap kritis.

Jika murah namun tidak mungkin, harusnya sudah mikir dulu, pasti ada apa-apanya. Sikap ini jauh dari kebiasaan bangsa ini. Karena tidak pernah diajarkan untuk berpikir kritis. Pilihan ganda dalam pendidikan meninabobokan untuk tidak mau susah payah dan mikir panjang.

Agama itu spritualitas bukan semata ritual

Gaya hidup dan pakaian, ungkapan suci, gelar masih menjadi tujuan di dalam hidup beragama. Itu penting namun bukan yang utama. Perubahan perilaku, tidak semata karena uang bukan? Jika kesadaran ini tercipta dan agama ada pada ranahnya,  harapan bahwa penipuan dengan ekdok agama akan bisa dikurangi.

Kerja keras dan hasil akan diperoleh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun