Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Versus Angkatan Darat

30 September 2015   19:58 Diperbarui: 30 September 2015   20:24 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam waktu yang tidak lama ada dua isu besar yang seakan-akan sengaja membenturkan TNI khususnya AD dengan presiden dalam hal ini tentu saja Jokowi. Memang asumsi sangat dini, namun isu soal permintaan maaf pada PKI itu telah terlalu jauh “mengganggu” presiden, karena pernah dikatakan tidak ada ide itu, saat bertemu pengurus Muhamadiyah beberapa waktu yang lalu. Mengapa kemarin hadir pesan berantai mengenai hal ini lagi? Dan dalam waktu yang tidak berselang lama, ada pernyataan oleh presiden keenam Pak Beye soal kudeta TNI yang akan beliau tamengi.

Mengapa AD?

Konteks keduanya berkaitan erat dengan AD bukan angkatan yang lain. Pertama. Pak Beye bicara di hadapan AD, meskipun buku tersebut adalah TNI namun penulisnya AD, mau tidak mau pembicaraan akan lebih mengenai AD. Kedua. Soal PKI (meski masih perlu banyak studi dan analisis lebih jauh mengenai hal ini), mau tidak mau yang paling berperan adalah AD. Korban hampir semua adalah AD, meskipun ini intrik AD sendiri juga kuat. Pelaku “pembersihan” sebagian besar juga AD.

Hubungan presiden Jokowi dengan AD juga baik-baik saja, kalau tidak mau dikatakan sangat bagus. Bagaimana suksesi panglima dan kepala staf tanpa gejolak sama sekali. Mulus dan tidak ada catatan, hanya soal giliran dipersoalkan namun toh tidak ada apapun. Hanyak riak tidak berarti. Angkatan lain sama sekali tidak ada persoalan. Panglima TNI juga pertama langsung menyatakan setia pada presiden. Hubungan manis dan harmonis ini yang hendak dikikis oleh orang yang pengin eksis dengan isu yang menguntungkan bagi kelompoknya dengan mengorbankan bangsa yang jauh lebih besar.

Belum lagi “penguasa kedua” saat ini ada di Pak Luhut yang jelas jenderal angkatan darat, intelijen ada pula di angkatan darat dan sudah bahu membahu sejak awal pencalonan. Indikasi baik ini akan digosok untuk menjadi ada sikap saling curiga.

 

Siapa yang diuntungkan dengan keadaan ini?

Mafia dan kroninya. Kalau benturan ini direspons secara emosional oleh satu saja pihak atau malah kedua pihak akan ada pihak yang diuntungkan, siapa itu? Yang selama ini terganggu kepentingannya, kepentingan ambil untung terganggu karena ketatnya pemerintahan saat ini. Siapa bilang investor akan pergi? Sama sekali tidak beralasan. Di Indonesia apapun dijual itu pasti laku dari samsung s6 hingga hp merek tidak terdengar pun laku bak jagung bakar di musim penghujan. Tidak ada yang tidak laku. Hp harga ratusan ribu hingga puluhan juta tetap ludes terjual. Mobil dari puluhan juta hingga milyardan semua ada yang membeli. Pengusaha baik banyak, namun tidak sedikit yang curang dan menjadi gurita mafia, dan inilah yang paling diuntungkan kalau terjadi benturan kedua kekuatan ini. Mereka yang selama ini mengendalikan negara dalam bidang ekonomi tentu jengkel dengan kehadiran tentara yang harmonis dan tidak mau kompromi ini. Gesekan tingkat bawah relatif gagal, sekarang hendak digoyang langsung dari atas. Kebebasan mereka dalam mengendalikan harga dan menyembunyi barang-barang strategis terganggu hadirnya tentara dalam gudang-gudang mereka. Belum lagi wacana sejak awal untuk menjadi penyuluh pertanian, padahal soal ini andalan mafia untuk mengeruk keuntungan. Hampir semua lini telah dikuasai oleh mafia ini. Mafia hanya kalah dengan senjata, yang punya siapa? Militer. Kalau militer berpihak pada pemerintah secara konsekuen, mafia tentu kehabisan nafas.

 

Rencana Gagal

Apapun dilakukan sulit terjadi. Saat perubahan mulai hadir, ingat bagaimana OCK yang begiti digdaya ternyata bisa pula hancur karena perbuatannya sendiri. Janganlah bawa-bawa militer masuk lagi pada kekuasaan yang justru makin tidak polpuler itu.  Biarlah sejarah tepat 50 tahun lalu itu ada di peti mati sejarah yang tidak perlu diulang. Bahwa pelurusan sejarah iya, namun tidak perlu tergesa dan perlu waktu menunggu momen dan saat yang lebih baik. Militer telah mengambil bagian yang terbaik dan telah pada jalurnya. Semoga saja asumsi ini jauh dari kenyataan dan bukan demikian adanya.

 

Salam Damai

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun