Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Menakar Lapar Saat Puasa Dan Tidak Puasa

6 April 2022   07:01 Diperbarui: 30 April 2022   21:44 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menakar Lapar Saat Puasa dan tidak puasa (sumber : dream.co.id)

Malam itu tidur serasa lama dan nikmat banget. Mata yang kantuk dan Lelah terobati dan bangun langsung bugar. Meski demikian, saat melihat jam kaget ternyata sudah pukul 06:00 WIB. Astaghfirllah... Kok alarm enggak bunyi sama sekali ya? Saat melihat gawai ternyata sudah 2 alarm terlewat. Duhh... kesiangan deh! Bergegas mandi bersiap-siap berangkat kerja. Sudah jam segini enggak bakalan keburu sarapan, akhirnya langsung tancap gas ke stasiun. Satu jam kemudian, kereta yang melaju kencang telah mendarat sempurna didepan gerbang hiruk pikuk metropolitan.

Banyak jajanan dan segala jenis kuliner disajikan sekitar stasiun. Selembar uang ditukar dengan sekantong gorengan. Rasanya sudah cukup untuk sekedar memuaskan cacing-cacing pagi yang sedang keroncongan. Sampai di kantor, ternyata cerita berbeda lagi. Sekantong gorengan hanya bisa teronggok tanpa tuan karena baru sampai langsung disambut dengan berbagai problematika yang minta diselesaikan cepat diatas kata "URGENT". Ini urgent, itu urgent! Mau tidak mau harus mengalahkan kepentingan perut karena sedari pagi memang sudah banyak rencana yang berjalan salah.

Alih-alih kerjaan selesai dengan baik ternyata 2 jam berlalu malah muncul gejala baru. Rasa pusing, keliyengan, mata berkunang-kunang, keluar keringat dingin. Tanda-tanda nih, perut kosong minta dimanja dan diperhatikan. Maklum, sudah terbiasa sarapan terus enggak sarapan, efeknya kemana-mana? Curi-curi waktu secangkir teh dan gorengan mengganjal sementara. Sambil menanti sampai 2 jam lagi istirahat tiba. Kacau... memang hari itu tanpa sarapan!

Lain cerita dengan hari ketiga Bulan Ramadhan, alarm terlewat dari waktu sahur. Baru bangun jam setengah 5 pagi. Hanya kebagian menikmati seteguk air karena waktu adzan subuh sudah berkumandang. Berbekal keyakinan, puasa dijalani dengan bekerja dan ibadah lainnya. Perut keroncongan tapi masih mindfulness, ohh.. efek enggak sahur, efek puasa, efek manusiawi. Beberapa kali sambil bekerja terdengar dawai perut yang bersuara, tidak ada rasa pusing dan keluar keringat dingin. Ada 2 cara kerja yang berbeda nih dari kejadian serupa?

Subhanallah... Allah Maha merancang dan mencipta dengan segala kesempurnaan dan kuasa-Nya di dunia dan akhirat. Hanya menyoal rasa lapar dengan rentetan peristiwa persis sama, ternyata tubuh merespons dengan cara yang berbeda. Berawal dua sistem syaraf yang mengendalikan manusia yaitu Central Nervous System (CNS), merupakan sistem saraf pusat atau SSP (terdiri dari brain atau otak dan Spinal Cord (medula spinalis), selanjutnya  sistem Saraf Tepi (SST) atau Peripheral Nervous System (PNS). Sistem saraf tepi terdiri dari  Somatic Nervous Sistem, merupakan sistem saraf sadar (gerakan sadar) dan Autonomic Nervous System, sistem saraf tak sadar (gerakan tak sadar).

"HIPOTALAMUS" terletak di saraf pusat sebagai modulator yang mempengaruhi kinerja pusat-pusat otonom dalam batang otak dan sumsum tulang belakang. Sehingga manusia akan merasakan yang Namanya  rasa lapar, haus, emosi, motivasi, dorongan seksual. Naluri/insting akan mencari makan ketika lapar, minum saat haus, marah ketika terusik dan lain-lain. Sifat refleks dari insting ini berfungsi untuk mempertahankan keberlangsungan hidup.

Ada yang Namanya Ventromedial Hipothalamus (HVM) sebagai satiety system atau pusat kenyang. Lateral Hipothalamus (HL) dinamakan pusat lapar atau feeding system. Jika dua bagian ini mengalami gangguan, ada dua hal yang terjadi HL nya rusak maka nafsu makan meningkat dan HVM yang rusak mengakibatkan anoreksia atau kehilangan nafsu makan. Selain dari 2 bagian otak itu yang terganggu, factor stress juga memberikan sumbangsih pada stimulus nafsu makan.

Didalam kata stress, tubuh merespons dengan peningkatan opioid endogenous saat "TIDAK BERPUASA".  Sekresi dari neurotransmitter ini menghasilkan serotonin, katekolamin (epinefrin, norepinefrin, dopamin), opiat endogenous dan neuropeptides yang berpengaruh terhadap rasa ingin makan. Berkurangnya kadar glukosa dalam darah akan menimbulkan stress tubuh dan rasa pusing karena lapar.

Berbeda dengan puasa yang memiliki keistimewaan, Rahmat dan keberkahan. Secara bahasa puasa adalah shaum yang berarti menahan dan mencegah. Syariat Islam lebih rinci menjelaskan bahwa puasa itu menahan makan, minum dan hal yang membatalkan dari fajar sampai dengan matahari terbenam sebagai bentuk ketakwaan pada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun