Materi Pra-Mataf Hari Ke-dua Tentang Kebencanaan & Kesehatan Mental Mahasiswa di UNISA Yogyakarta

Pemateri 1: Bpk. Arif Nur Kholif

Materi tentang Kebencanaan membahas tentang bencana yang biasa terjadi karena adanya pemerintah yang tidak memperdulikan teori atau peringatan dari para ahli/ilmuan.Bencana itu dimana kondisi yang tidak direncanakan manusia sehingga tidak siap dengan suatu kejadian seperti banjir,tanah longsor,gunung meletus,abrasi,cuaca ekstrim dan sejenisnya.Yang dapat dikatakan sebagai bencana apabila terdapat korban jiwa. Gunung meletus bukan bencana tapi takdir Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menyuburkan tanah Jogja. Adapun data Muhammadiyah menunjukkan total respon Muhammadiyah dari tahun 2010-2025 dimana 1.541 kejadian di seluruh Indonesia dan untuk respon luar negerinya terbanyak di tahun 2022 an 2023. Dari 38 Provinsi MDMC sudah merespon di 33 Provinsi di Indonesia dimana bencana sering terjadi dari Aceh sampai NTT hingga Papua.  Penelitian di Jepang mensurvei berapa % orang selamat dikarenakan peran siapa yaitu faktor diri sendiri yang mencangkup persiapan,keluarga,tetangga (tim sar,penolong,tim evakuasi dsb). Adapun latihan menyiapkan diri seperti mitigasi bangunan rumah,recovery dengan lebih baik,dan respon dengan penanganan dengan baik dan profesional.

Pemateri 2: Dr. Komarudin M.Psi. Psikologi

Materi tentang Kesehatan Mental Mahasiswa membahas tentang stress,kecemasan,gangguan mood,gangguan identitas gender dan brain rot.Kesehatan mental didefenisikan sebagai kondisi emosi,kognitif,dan perilaku yang relatif stabil, yang memungkinkan individu berfungsi secara adaptif dlam lingkungannya serta mengatasi stres sehari-hari (APA,2020).Sehat mental artinya individu terhindar dari gangguan jiwa dan gejala penyakit jiwa.Ciri sehat mental yaitu dapat mengatur emosi dengan baik,sosialnya dapat menolong sesama manusia,kognitif dengan cara berpikir kritis dan berperilaku baik dimana pola hidup teratur dan beretika.Semua gangguan kesehatan mental terjadi karena ada faktor dan penyebabnya seperti terlalu menutup diri terhadap lingkungan dan sesama memiliki masalah eksternal,pengalaman trauma,kehidupan yang penuh tekanan sehingga dapat mengubah identitas gender seseorang mengganggu pikiran yang mengakibatkan depresi berat dan tidak dapat mengikhlaskan dan menerima diri sendiri sehingga berpikir untuk mengakhiri diri sendiri.Adapun langkah untuk menangani gangguan kecemasan yaitu dengan menerima kecemasan daripada menghindarinya,melakukan perilaku hidup sehat seperti  tidur sehat,olahraga dan sebagainya,melakukan latihan Cognitive Behavioral Therapy (CBT),dan meningkatkan kesadaran penuh terhadap pengalaman saat ini tanpa peniliain,sehingga mengurangi rumanisasi.

# Paskalia

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (https://www.unisayogya.ac.id/)