Mohon tunggu...
Parlin Simanjuntak
Parlin Simanjuntak Mohon Tunggu... Freelancer - Penerus Perjuangan NagaBonar

Penerus Perjuangan NagaBonar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cerita Gila Pabrik Semen dan Petani

3 Februari 2017   15:17 Diperbarui: 3 Februari 2017   15:43 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia sejak tahun 2015 telah mengalami oversupply (pasokan berlebih) semen setelah sebelumnya mengalami kekurangan pasokan. Ya....pembangunan infrastruktur yang masih telah menjadikan Indonesia kekurangan semen, yang terlihat pada impor cukup tinggi di tahun 2010. Sehingga berbondong-bondong produsen semen asing menanamkan investasinya di Indonesia.

Sebagai industri yang “rakus” Sumber Daya Alam namun keberadaannya juga sangat dibutuhkan, maka industri semen ibarat 2 sisi mata pedang yang sama tajamnya. Kesalahan kebijakan Pemerintah dan implementasinya oleh industri semen maka akan berakibat sisi pedang yang menimbulkan dampak negatif yang akan terjadi.

Beberapa dampak negatif “utama” yang ditimbulkan industri semen adalah :

  • Kerusakan lingkungan, karena bahan baku 100% berasal dari alam yaitu batu kapur sekitar 80%, tanah liat sekitar 15% dan sisanya adalah bahan tambahan seperti gypsum, silika dan lainnya yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan spesifikasi semen jenis tertentu.
  • Polusi udara, karena ada debu akibat permasalahan poduksi sehingga ada debu yang terlepas ke udara, debu transportasi dari area tambang ke pabrik, debu akibat penambangan dengan metode blasting dan lainnya.
  • Berkurangnya sumber air atau bahkan hilangnya air karena sebab : menambang di area batu kapur yang kaya akan mata air, sumber air, gua air, gua basah dan lainnya karena kawasan karst memiliki potensi menyimpan air yang lebih dikenal dengan cekungan air tanah (CAT) atau penggunaan teknologi yang keliru, diera modern mestinya menggunakan teknologi kering tapi pabrik tersebut masih menggunakan teknologi basah. Selain itu proses pendinginan mesin juga membutuhkan air yang jika pabrik tidak mengelola sumber air dengan baik, maka bisa saja menggunakan air tanah air sungai.

Sebagai negara agraris, sektor pertanian sangat penting. Sebagaimana diketahui sektor pertanian terus menurun kontribusinya bagi pembangunan karena luas lahan yang berkurang karena beralih fungsi menjadi industri, perumahan dan lainnya. Selain itu, tidak semua area pertanian adalah irigasi teknis, bahkan di Jawa masih banyak sawah tadah hujan karena didaerah tersebut sulit mendapatkan air dan tidak ada sungai yang  mengalir sepanjang tahun yang dapat dijadikan sumber air.     

Suara sumbang penolakan pabrik semen di Rembang tidak terlepas dari isu pertanian. Tentu wajar, karena Kabupaten Rembang kontribusi terbesar perekonomian adalah sektor pertanian. Meskipun berkontribusi terbesar, namun pertumbuhan ekonomi Rembang sangat rendah, sehingga Rembang adalah kabupaten termiskin nomor 3 di Jawa Tengah dan nomor 1 di Pati Raya (Blora, Rembang, Pati dan Jepara). Mengapa kecil kontribusi pertanian, karena kontur alam di Rembang yang cukup mendominasi adalah pegunungan dan sedikitnya sungai yang mampu mengalirkan air sepanjang tahun.

Di Kalimantan Selatan terjadi konflik antara PT Semen Conch (Produsen semen dari China) dengan masyarakat karena membendung aliran sungai untuk kebutuhan pabrik. Ini salah satu contoh dampak negatif hilangnya air yang selama ini digunakan petani di sana http://kalsel.prokal.co/read/news/7113-pt-conch-disoal-lagi-kali-ini-air-sungai-disedot-ke-pabrik-petani-menjerit.html

Kisah Cintah Pabrik Semen Indonesia di Tuban dengan Petani

Cinta tumbuh karena kemanfaatan yang dirasakan oleh petani disekitar pabrik milik Semen Indonesia di Tuban. Daerah yang dahulu setiap musim kemarau terlihat kering dan tidak aktivitas pertanian, sejak beroperasinya pabrik Semen Tuban, khususnya setelah pemanfaatan bekas galian tanah liat sebagai “embung air”, roda kehidupan masyarakat yang sebagian besar petani bergairah lebih baik lagi. Bayangkan saat musim kemarau panjang, saat puluhan pompa air berjejer bagaikan barisan pasukan yang terus menerus beroperasi 24 jam menyedot air, meskipun sudah berbulan-bulan disedot oleh puluhan pompa air, jutaan meter kubik air masih tersedia di embung bekas tambang sehingga menjadi solusi bagi masyarakat sekitar pabrik semen di Tuban. Hal inilah yang menjadikan pertanian bergairah di sekitar pabrik semen.

Bayangkan dari yang sebelum tahun 1994 hanya bisa panen padi 1 kali setahun, sejak awal mulai dimanfaatkannya embung air di tahun 2005 maka mulai petani dalam lingkung terbatas bisa panen 3 kali setahun. Kegembiraan ini dirasakan semakin besar saat ditahun 2015 total area bekas tambang tanah liat yang mencapai sekitar 122,7 hektar yang terdiri tersebar di beberapa tempat telah dipergunakan. Embung ini mampu menampung air hujan sebanyak 4,6 juta m3 air yang sanggup mengairi sawah seluas 133,5 ha sepanjang tahun.

Didukung dengan bantuan CSR yang masif dalam “tagline” Desa Perkasa – One Village One Product, serta bantuan pendampingan teknis pertanian yang lebih baik, maka produktivitas lahan pertanian terus meningkat. Jika ditahun1994 produktivitas padi hanya 5,4 ton/hektar dan panen hanya 1 kali setahun meningkat menjadi 6,9 ton/ha dan bisa panen 3 kali setahun atau lebih dari 300%. Begitupula produktivitas jagung dari 2,6 ton/ha menjadi 6,0 ton/ha, mengapa produktivitas jagung meningkat?

Pada lahan kering yang sebelumnya sangat mengandalkan hujan, tentu disaat tanaman membutuhkan air dalam jumlah besar tidak tersedia. Saat embung air dibuat, kebutuhan air tanaman jagung tersedia sepanjang waktu. Kemudian kacang tanah dari 1,3 ton/hektar menjadi 1,6 ton/hektar. Sehingga dapat dikatakan total produktivitas pertanian di sekitar pabrik Semen Indonesia bisa mencapai sekitar 400%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun