Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ida Andriyani Penyembuh Misterius dari Kalimantan Timur

4 April 2023   16:07 Diperbarui: 4 April 2023   16:12 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ida Andriyani dalam sebuah pengobatan patah tulang. Foto : jatimnetwork.com

Ida Andriyani Penyembuh Misterius Dari Kalimantan Timur

Kita sudah terlalu sering mendengar info yang seakan nyata dan benar. Nyatanya delusi. Kalau soal keyakinan absolut seperti keimanan kita misalnya, itu tentu tak tertawar. Itu tak bisa dikatakan kita sedang berdelusi, lha wong keyakinan koq. Lain halnya dengan dunia politik. Look, publik luas di negeri ini meyakini bangsa Palestina itu ada.

Betul (faktawi) ada memang, tapi itu 3.000 tahun yang lalu, di era Kerajaan Daud Israel, sedangkan Palestina yang kita sebut sekarang adalah stigma Romawi terhadap kaum Jews, agar nama itu hilang dari sejarah dan map di imperiumnya middle-east. Pokoknya tanah Israel dari sononya ya tanah Palestina. Kebencian luarbiasa bisa menghasilkan stigma gelap seperti itu, sah-sah saja dalam perpolitikan, sebagaimana halnya holocaust atau pemusnahan kaum Jahudi di Jerman dan Eropa atas perintah Hitler di era Nazi Jerman.

Ee 2.000 tahun setelah Romawi raib dari wilayah imperiumnya di middle-east, sebagaimana raibnya nama Israel dari sana except segelintir Jews yang beradaptasi di era Ottoman, pasca PD II dan dekolonisasi di middle-east, nama itu malah hidup bahkan sangat hidup di tangan orang Arab setelah Inggeris dan Perancis hengkang dari bumi middle-east.

Orang Arab rela memPalestinakan dirinya, sekalipun bukan Palestina dan itu diakui oleh para follower Arab dimanapun sebagai Palestina, meski nama itu sudah lama raib dari peta middle-east. Jadi ada trio delusi disini yi Israel, Arab dan Palestina. Dari mana sudut delusi itu. Silakan tanya diri anda sendiri.


Itulah selayang pandang tentang bagaimana cara kita memahami delusi dan fakta yang sesungguhnya dalam dunia politik.

Bagaimana dengan masalah non-politis. Meski tak sama dengan delusi tentang Israel, Arab dan dan Palestina, tapi focal-point kita sekarang adalah sosok yang tiba-tiba muncul membawa segala keajaiban, seperti katakanlah Cut Zahara Fona tahun 1970-an di zaman keemasan Orba Soeharto, yang berkeliling dalam kehamilannya dimana diberitakan janin dalam kandungannya bisa mengaji, sampai ada ulama yang mengatakan itu adalah bukti kekuasaan illahi.

Usut punya usut, sesudah disidik kepolisian Kalimantan ketika Fona bertandang kesana, ternyata janin yang ntah kapan akan dilahirkan itu adalah tape recorder yang dipasang rapi di balik kehamilan palsunya. Apa boleh buat zaman itu tape recorder adalah karya teknologi yang hebat, maka habis sudah bangsa ini dikibuli seorang Cut Zahara Fona, perempuan asal Aceh yang tak tamat SD ini.

Di zaman now, kita dihadapkan pada delusi lain yang sudah berubah total, yi sebut sajalah untuk mudahnya Delusi Online. Apa itu? Sebuah delusi yang dikemas dalam bisnis online sekarang. Pinjaman online adalah salah satunya, dan investasi bodong yang menjanjikan investasi hanya 1 juta rupiah saja akan menghasilkan trilyunan rupiah dalam tempo 1-2 tahun, termasuk disini transaksi online untuk perjalanan umroh ke tanah suci.

Apa yang terjadi, sungguh mengenaskan, dimana semua uang yang dipinjam dalam pinjaman online ditarik oleh Debt Collector dengan cara lebih Mafia dari Mafia yang sebenarnya. Yang rumah dan kenderaan roda empat hanguslah setelah diancam-ancam sangar sebelumnya, yang punya utang gantung dirilah dst dst.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun