Mohon tunggu...
Parfi Khadiyanto
Parfi Khadiyanto Mohon Tunggu... Dosen - pecinta lingkungan hidup dan arsitektur perkotaan

tinggal di semarang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Revitalisasi Kegiatan Sedekah Bumi

17 Agustus 2020   23:06 Diperbarui: 17 Agustus 2020   23:35 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sedekah Bumi adalah semacam upacara atau jenis kegiatan yang intinya untuk mengingat kepada Sang Pencipta, Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-NYA kepada manusia di muka bumi, khususnya kepada kelompok petani yang hidupnya bertopang pada hasil bumi.

Di perdesaan, atau pinggiran kota, yang masyarakatnya hidup dari bertani (polowijo) biasanya melakukan kegiatan sedekah bumi setahun sekali. Mereka percaya bahwa dengan bersyukur kepada Allah maka Allah SWT akan menambah kenikmatan-kenikmatannya lagi, Allah akan menyuburkan tanah mereka, Allah akan menambah hasil panen mereka, dan Allah akan menghilangkan paceklik pada hasil bumi mereka.

Maka dari itu, masyarakat dengan sadar dan penuh semangat melakukan kegiatan ritual ini, meskipun dengan cara yang sederhana. Biasanya mereka melakukan dengan cara pamer hasil bumi, yaitu dengan melakukan pawai karnaval keliling desa dengan mengarak hasil bumi, ada ketela pohong, mangga, durian, jagung, mentimun, petai, dan sebagainya, tergantung dari hasil bumi yang mereka peroleh dari ladang yang mereka tanami.

Padahal kalau kita lihat perkembangan wilayah yang ada sekarang ini, di Indonesia jumlah penduduk urban (kota) sudah mencapai angka di atas kisaran 50% dari total penduduk Indonesia, artinya luasan daerah perdesaan semakin berkurang, sehingga hasil bumi-pun ikut berkurang. 

Sebagai contoh, wilayah dimana penulis tinggal yaitu di Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik, Semarang Kota, memiliki 12 (dua belas) RW, yang betul-betul merupakan kampung asli hanya 3 (tiga) RW, yang 9 (sembilan) RW merupakan permukiman baru yang penduduknya kerja kantoran, tetapi kegiatan sedekah bumi masih terus berjalan dan dilaksanakan dengan baik dan meriah setiap tahunnya. 

Sehingga, sebagian hasil bumi yang di-pamer-kan dalam karnaval tersebut adalah hasil bumi yang dibeli di pasar umum, bukan mutlak atau melulu hasil bumi di Kelurahan Gedawang saja. 

Yang menarik dalam acara tahunan ini justru kegiatan ibu-ibu PKK/Dasa Wisma dan yang bersifat individual, yaitu mereka membuat makanan khas jajan pasar, seperti jadah, jenang, ketan, kolak, untuk dibawa dalam pesta dan dibagikan secara gratis sebagai suguhan yang hadir dalam pesta tersebut.

Biasanya, setelah acara pamer hasil bumi dengan pawai karnaval di siang hari, malam harinya dilanjutkan dengan sajian pertunjukan Wayang Kulit dengan cerita tentang mensyukuri nikmatnya memiliki wilayah yang subur makmur, atau kisah tentang bahayanya merusak kehidupan alam, membunuh hewan, menebang pohon, dan sejenisnya. Kegiatan ini rata-rata menghabiskan biaya sekitar 40 juta rupiah, dana didapatkan dari iuran seluruh warga Kelurahan dan sponsor.

Mengingat bahwa sekarang beberapa wilayah di cakupan kota Semarang yang ada di pinggiran kota relatif sudah berubah menjadi wilayah urban, termasuk di kelurahan Gedawang kecamatan Banyumanik ini.

Alangkah baiknya kalau kegiatan sedekah bumi ini juga ikut direvitalisasi, yaitu bukan lagi sekedar pamer hasil bumi dan tontonan wayang kulit, akan tetapi juga memelihara dan melestarikan bumi yang ditempati. Misalnya dilakukan dengan menanam pohon, membuat sumur resapan atau lubang biopori.

Keberadaan tanaman (pohon) bermanfaat untuk mengatur iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen dan karbon dioksida di udara, bahkan bisa mengurangi polutan, meredam kebisingan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun