Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Jadi Penonton Setia Video Dokter Andri Psikosomatik

10 Oktober 2022   14:59 Diperbarui: 10 Oktober 2022   15:06 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin banyak yang tidak percaya kalau saya mengaku telah menonton seluruh video yang ada di akun Youtube milik Dokter Andri. Sampai-sampai kalimat pembuka alias intro setiap videonya pun sudah saya hafal dengan baik. Pun begitu dengan kalimat penutup alias closing statement-nya. Ada yang tahu?

"Halo berjumpa kembali dengan saya dokter Andri Psikosomatik, spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang. Di kesempatan pagi (siang) ini, saya ingin berbicara sedikit tentang.....". Nah, belakangan nama rumah sakitnya mengalami perubahan menjadi Rumah Sakit EMC. Lalu bagaimana dengan kalimat penutupnya? "Ingat selalu mantra kita: Ikhlas, sabar, dan sadar. Semoga semua mahluk berbahagia." Begitulah kalimat yang kerap dilontarkan dokter Andri di setiap videonya.

Dua tahun lalu, tepatnya pertengahan 2020 ketika pandemi mulai melanda, merupakan masa-masa yang begitu sulit bagi saya. Kondisi kejiwaan saya kacau balau, yang tentu saja sangat sulit dipahami kalangan awam. Yang paling sulit dijelaskan adalah adanya rasa takut mati yang sangat menyiksa. Itu belum termasuk gejala fisik yang sangat familiar seperti sempoyongan, jantung berdebar-debar, perut kembung, telinga berdenging, sulit menelan, sulit tidur, dan gelala lainnya.

Dengan situasi serba sulit itu, saya akhirnya harus berurusan dengan dokter jiwa, selain dokter-dokter lain. Saya hitung ada 11 dokter yang saya temui, dari dokter umum di klinik, dokter spesialis penyakit dalam, jantung, bedah, hingga THT di rumah sakit. Termasuk harus menjalani kateterisasi jantung untuk memastikan apakah ada gangguan di jantung saya.

Tak hanya bolak-balik ke rumah sakit, mencari informasi di internet termasuk Youtube adalah kegiatan yang saya lakukan. Di situlah saya menemukan channel Andri Psikosomatik, yang video-videonya sangat relate dengan apa yang saya alami. Salah satu istilah dokter Andri yang paling melekat di otak saya adalah perasaan "boat feeling", yakni sebuah kondisi yang menggambarkan ketika sedang berjalan di atas kapal. Badan akan bergoyang-goyang, sebuah sensasi yang cukup menjengkelkan.

Istilah lain dokter Andri yang cukup akrab bagi saya adalah "tapering off", yaitu cara untuk mengurangi dosis obat penenang seperti alprazolam yang sangat mujarab itu. Bersyukur, saya berhasil lepas dari obat itu sejak setahun lalu, setelah mengonsumsinya setiap hari selama enam bulan penuh. Saya bisa lepas dari obat itu tak lain karena peran dokter Andri melalui video-videonya. Namun perlu pula dicatat, seperti kata dokter Andri, mengonsumsi obat penenang bukan berarti tidak boleh dilakukan seumur hidup sepanjang ada manfaatnya, dan tetap dalam pengawasan dokter.

Tak kalah penting, Dokter Andri juga menyebut bahwa kondisi kejiwaan seseorang juga tidak terlepas dari genetik. Bahkan studi di Jerman menyebut 42 persen masalah kejiwaan yang dialami seseorang merupakan faktor genetik. Masih banyak pencerahan yang dibagikan dokter Andri dalam setiap kesempatan, yang pada intinya mengajak seluruh penderita kecemasan (anxiety disorder) untuk memahami dan mengenali diri sendiri. Jangan melawan rasa cemas, tetapi harus menyadarinya. Mantra inilah yang selalu saya terapkan hingga saat ini. Puji Tuhan, kondisi saat ini sudah jauh lebih baik. Rasa cemas sudah menjadi teman sehari-hari. Tidak lagi mengganggu pekerjaan.

Namun begitu, saat ini saya masih belum lepas seratus persen dari sensasi-sensasi fisik, terutama soal kembung. Entah kenapa perut saya masih saja kembung meski telah mengonsumsi berbagai macam obat-obatan yang berkaitan dengan pencernaan. Kalau menurut penjelasan dokter Andri, yang saya alami ini kemungkinan adalah IBS. Tapi kok bisa selama ini? Sudah lebih dari dua tahun. Semoga dokter Andri berkenan memberikan penjelasan yang detail.

Oh ya, agar lebih spesifik, berikut adalah pertanyaan saya:

1.Apakah ada hubungan antara penyempitan jantung (stenosis 50 persen) dengan perut kembung yang tak kunjung sembuh? Sebagai catatan, saya didiagnosa stenosis 50 persen di LAD dan RCA jantung, tetapi tidak dilakukan tindakan pemasangan stent (ring) karena masih di bawah 70 persen.

2.Apakah ada hubungan penyakit sirosis hati dengan perut kembung? Pemeriksaan terakhir, memang tidak ditemukan adanya kelainan di organ hati saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun