Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pura-pura Tak Tahu Makna Kata Mudik dan Pulang Kampung

23 April 2020   10:36 Diperbarui: 23 April 2020   10:28 3852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi (Kompas.com)

Mengolok-olok Presiden Jokowi itu apa enak sih? Ada rasa puas yang sulit dijelaskan kali ya? Beda loh dengan kritik. Kalau mengkritik, saya pun sering melakukannya. Tapi tetap ada batasannya, ada ukuran yang jelas.

Nah ini, ketika Presiden menyebut "mudik" dan "pulang kampung" merupakan dua hal berbeda malah diolok-olok. Seolah-olah, Presiden sedang bersilat lidah. Padahal tidak sama sekali.

Kenapa sih begitu sulit membedakan makna di balik kedua kata itu? Kalau memang betul-betul tidak mampu membedakannya, it's okay. Jangan karena ada udang di balik batu. Sudah tahu batu malah disebut udang, atau sebaliknya.

Mari kita lihat lagi makna di balik kedua kata itu, walaupun memang Presiden sendiri telah menjelaskan secara gamblang. Namun biar lebih afdol mari kita simak sekali lagi.

Perlu ditegaskan, pernyataan itu disampaikan Presiden dalam konteks mewabahnya virus corona di Tanah Air, khususnya Jakarta.

Salah satu dampaknya adalah banyak pekerja informal yang sulit bertahan di Ibu Kota sehingga memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.

Di kampung, masih ada peluang untuk sekadar bertahan hidup, berbeda dengan di Jakarta yang tantangannya sudah sangat kompleks.

Sehingga dalam konteks itu, warga perantau di Jakarta memilih pulang ke kampung halamannya dalam waktu yang lebih lama, bahkan mungkin pada akhirnya menetap kembali di tanah kelahirannya. Tak lagi kembali ke Ibu Kota. Di kampung, mereka kembali menata kehidupan yang mungkin saja akan lebih baik ketimbang di Jakarta.

Nah, bagaimana dengan mudik? Seperti dijelaskan Presiden, kegiatan mudik memang tetap kembali ke kampung halaman sama seperti pulang kampung. Bedanya, mudik dilakukan dalam waktu singkat saja, bersilaturahmi untuk melepas rindu dengan sanak saudara. Usai melepas rindu, para perantau yang mudik akan kembali ke tempat asal mencari nafkah.

Momen seperti ini paling banyak dilakukan saat Lebaran tiba, juga saat Natal dan Tahun Baru. Kebetulan, wabah corona ini terjadi menjelang Bulan Ramadan dan Lebaran. Maka pemerintah memutuskan untuk melarang seluruh kegiatan mudik Lebaran.

Di situlah konteks pernyataan Presiden Jokowi yang melarang tegas perantau untuk sementara menunda kegiatan mudik. Tujuannya, agar wabah corona tidak malah pindah ke daerah asal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun