Sumpah, saya betul-betul tidak menyadari kalau pagi itu merupakan hari pertama puasa. Saya masih ingat tahunnya: puasa 2007 lalu. Sembari berjalan santai menyusuri jalanan sempit di kawasan Kenari menuju Pasar Cikini Ampiun, Jakarta Pusat, saya dengan santainya menyalakan sebatang rokok.
Ritual itu memang setiap pagi rutin saya lakukan, saat hendak menuju kios di Pasar Cikini Ampiun yang terkenal super sempit itu. Di sana, bersama saudara kami berdagang peralatan listrik disambi pulsa seluler. Masih sekira seratus meter dari kos-kosan tempat kami tinggal di kawasan Kenari, saya merasa ada yang aneh. Tak seperti biasanya. "Kok orang-orang melihat saya, gimana gitu," batinku.
Beruntung, mungkin karena sudah tahun ketujuh menyaksikan ritual puasa di Jakarta, spontan rokok langsung saya matikan. Menginjaknya dengan tenaga kuat. Saya tersadar bahwa hari itu adalah bulan puasa.
Perjalanan pun saya lanjutkan dengan sedikit rasa was-was. Khawatir ditegur orang-orang sekitar yang sejak tadi memasang mata sedikit melotot. Kupercepat langkahku, dengan jantung deg-degan.
Sejak kejadian memalukan itu, kini setiap bulan puasa tiba, saya tak lagi pernah kecolongan. Sudah paham mana tempat yang masih ditoleransi untuk merokok, makan, dan minum. Saya kapok dan bertekad tidak akan pernah mengulanginya.
Sebagai pemeluk Kristen, saya memang tidak pernah berpuasa. Ditambah lagi, sejak kecil hingga lulus SMA, sama sekali tidak pernah menyaksikan orang berpuasa. Maklum penduduk di kampung kami seratus persen adalah Kristen.
Selamat berpuasa bagi rekan-rekan yang menjalankannya. Semoga puasanya lancar hingga Lebaran nanti, lalu kita makan ketupat bersama.
Asyik...