Ali Mochtar Ngabalin masuk Istana. Semua heboh. Pria bersorban putih itu dicibir. Cap politisi oportunis menancap erat kepadanya. Makin gempar saat foto yang beredar luas di publik memperlihatkan aksi membungkuk setengah menyembah Ngabalin di hadapan Presiden Jokowi.Â
Sangat kontras ketika Ngabalin masih berada di kubu Prabowo Subianto. Usai sudah petualangan Ngabalin sebagai oposisi, berganti baju menjadi benteng pengawal Jokowi.
Jabatan resmi Ngabalin adalah Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi pada Kantor Staf Presiden (KSP) yang kini dipimpin Jenderal (Purn) Moeldoko.Â
Namun, jabatan itu tak berarti banyak, sebab yang dilakukan Ngabalin ketika resmi bertugas cenderung menjadi juru bicara pemerintah. Gayanya khas, meledak-ledak dan tidak sungkan-sungkan menyerang keras pengkritik pemerintah.
Tetapi justru di situlah letak kelebihan Ngabalin sehingga ia "dibajak" dari kubu oposisi. Gaya komunikasi ala Ngabalin merupakan suatu keniscayaan bagi Jokowi sebagai cara terakhir membendung serangan oposisi.Â
Betul, Ngabalin merupakan senjata pamungkas. Kepiawaian komunikasi Ngabalin, terlepas dari kontroversinya, merupakan kebutuhan yang mendesak. Itu tak lain karena juru bicara Jokowi sebelumnya terlalu "santun".
Ngabalin langsung tancap gas, membuktikan bahwa kehadirannya di KSP akan memberikan warna baru. Semua tokoh oposisi diserang, dari Fadli Zon, Amien Rais, Prabowo, termasuk PA 212.Â
Pokoknya Ngabalin bertugas menangkal semua isu negatif yang berpotensi menggerus elektabilitas Jokowi. Kalimat-kalimat keras Ngabalin terbukti membuat pihak oposisi "kebakaran jenggot", tampak kewalahan dengan gaya khas Ngabalin. Tentu, Jokowi pasti senyum-senyum saja menyaksikan aksi spektakuler Ngabalin itu.
Belakangan, gaya Ngabalin yang dinilai frontal akhirnya menuai kritik. Tak kurang Ombudsman RI melayangkan teguran kepada Ngabalin, diminta untuk mengerem ucapan-ucapannya yang dinilai terlalu ekstrem. Teguran Ombudsman itu merupakan respons terhadap banyaknya pihak yang keberatan dengan gaya Ngabalin yang terlalu vokal.
Apakah Ngabalin memang sudah keterlaluan? Tidak, setidaknya menurut elit PDIP. Sebab, Ngabalin hanya menjalankan tugasnya sebagai pihak yang berada di kubu pemerintah. Tidak kurang dan tidak lebih.Â
Soal omongannya yang ceplas-ceplos, itu sudah menjadi karakter Ngabalin sejak dulu. Bahkan menjadi aneh kalau Ngabalin tiba-tiba menjadi santun. Bagaimana dengan Ngabalin? Tentu menurutnya ia masih dalam porsi yang santun.