Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biografi Madden Siagian, Para Dewa dari Yunani

4 Juli 2018   14:37 Diperbarui: 4 Juli 2018   14:51 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal Kampung Rambutan (ilustrasi/tribunnews)

Timnas Yunani mengukir sejarah baru dalam dunia sepakbola saat Portugal sebagai tuan rumah Piala Eropa 2004, terpaksa harus merelakan gelar juara kepada timnas asal negeri para dewa itu. Tak seorangpun mengira Yunani akan memenangi kejuaraan bergengsi Benua Eropa itu. Namun faktanya, Yunani sebagai timnas underdog, justru mengubur impian seluruh tim raksasa Eropa.

Ketika sepakbola negeri para dewa mendulang sukses luar biasa, saat itu pula Madden memulai jejak perdana di Jakarta. Namun kedatangan Madden ke Ibu Kota bukan atas panggilan para dewa, tetapi murni ingin mengadu nasib dengan bermodal Sarjana Hukum dari Bandung. Persis perantau umumnya, Madden juga bertekad menaklukkan kota sejuta impian Jakarta. Yang penting, yakin.

Modal Mini di Pinggiran Taman Mini

Sepetak kamar dengan kasur yang mendarat langsung di lantai berkeramik putih sudah resmi dikontrak bulanan. Resmi sudah, Madden memulai petualangan baru di Ibu Kota, dengan aset lemari kecil berwarna kekuningan dan sebuah televisi 14 inci. Tak lupa, kipas angin mungil juga perlu, sekadar mengurangi panasnya udara di Jakarta.

Beberapa amplop kuning berukuran jumbo juga sudah tersedia di kamar mini itu, yang isinya tak lain adalah surat lamaran ke sejumlah kantor hukum di Jakarta. Sejak awal, Madden sudah bulat menaklukkan Jakarta lewat jalur pengetahuan hukum yang diperolehnya.

Sepotong Mimpi di Jalan Baru

Suatu sore di Jalan Baru, Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Dari atas tepian Jalan TB Simatupang, Madden melongok ke bawah, menyaksikan deru mesin mobil yang melintas di jalan tol. Dia bukan sedang menghitung berapa mobil yang melintas atau sedang mencermati kenapa tukang asongan dalam waktu-waktu tertentu bisa dengaan mudah berdagang di jalanan yang seharusnya bebas hambatan.

Madden sedang membangun sebuah mimpi. Bergumam dalam hati kalau suatu waktu dia akan ikut menjajal jalan tol itu dengan mobil pribadi, betul-betul mobil milik sendiri. Bukan dengan menumpang bis kota jurusan Kampung Rambutan-Lebak Bulus. Itulah sepotong mimpi Madden yang terwujud dalam tempo cukup singkat. Dia sepertinya juga kecipratan pertolongan "Para Dewa Yunani".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun