Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Berharap Duet Jokowi Siregar-Muhaimin Harahap

20 Mei 2018   01:44 Diperbarui: 20 Mei 2018   02:14 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhaimin Harahap (MPR.go.id)

Sungguh hebat orang Sumut. Dua putera terbaik mereka terbukti dipercaya sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Keduanya bermarga pula, yang satu marga Siregar dan satunya lagi bermarga Harahap. Klop sudah, koalisi Siregar-Harahap sukses mengguncang republik. Main kali, bah.

Begitulah kira-kira narasi yang mengemuka seandainya Jokowi dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin betul-betul berpasangan saat Pilpres 2019 nanti. Jokowi-Imin yang telah resmi menyandang marga Siregar dan Harahap akan memimpin Indonesia hingga 2024. Luar biasa, dua orang Batak (atau silakan disebut Mandailing saja) mengukir sejarah pertama dalam dunia perpolitikan di Tanah Air sebagai duet paling fenomenal.

Seperti kita tahu, Jokowi sudah lebih dulu dianugerahkan marga Siregar, saat pernikahan puterinya Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution, 21 November tahun lalu. Seperti tak mau kalah dengan Jokowi, Cak Imin yang kepincut cawapres juga menyabet marga Harahap. Dalam sebuah upacara adat di rumah dinas Bupati Labuhanbatu, Sumut, Minggu (13/5/2018), Cak Imin pun resmi bergelar Patuan Iskandar Jombang Harahap.

Lewat penganugerahan itu, Cak Imin yang menjabat Ketua Umum PKB dan Wakil Ketua MPR, sangat berharap akan ada Wapres yang bermarga Harahap. Siapa lagi kalau bukan dirinya sendiri. Harapan yang sama tentu saja diimpikan Jokowi, yakni akan ada marga Siregar yang menjadi Presiden. Ngeri, kali.

Bicara soal Pilpres, Cak Imin Harahap sudah sering mengingatkan Jokowi Siregar untuk tidak main-main memilih cawapres. Salah pilih, skenario Siregar-Harahap sebagai RI 1 dan RI 2 dijamin berantakan. Siregar akan kehilangan kursinya sedangkan Harahap tetap akan menikmati kursi RI 2. Siapapun yang menjadi capresnya. Keyakinan seperti itulah yang selalu digadang-gadang Cak Imin, ke mana saja dia melangkah. Dia yakin, kunci kemenangan Pilpres 2019 berada di tangan Harahap.

Cak Imin semakin yakin lantaran Siregar yang lain agaknya kurang klop dengan Jokowi. Walau SBY juga sudah resmi bermarga Siregar sejak 2011 lalu, bukan berarti hubungannya dengan Jokowi Siregar menjadi lebih cair. Barangkali, ini semacam tradisi di kalangan Batak (Mandailing) yang kerap mengaitkan sulitnya rekan satu marga bekerja dengan rukun.

Ibarat ungkapan umum di Ibu Kota, sesama metromini dilarang saling mendahului. Demikian juga dengan SBY-Jokowi, keduanya akan saling menjaga jarak, hanya untuk menghindari perselisihan sesama satu marga. Dalam falsafah dasar Batak yakni Dalihan Na Tolu (tungku berkaki tiga), tradisi semacam itu disebut "manat mardongan tubu" atau sederhananya "sesama satu marga wajib hati-hati". Maka secara naluriah, SBY dan Jokowi dipastikan saling menjaga jarak.

Lalu apakah duet Jokowi Siregar-Muhaimin Harahap sudah final? Sepertinya sih begitu. Walau masih dengan catatan, koalisi parpol pendukung Jokowi mengikhlaskan lowongan cawapres kepada Muhaimin. 

Sedikit saran, Jokowi Siregar dan Muhaimin Harahap sebaiknya mengundang para tokoh parpol pendukung untuk "manortor" bersama plus sajian makanan beraneka rupa. Biasanya, metode seperti itu cukup manjur menyelesaikan masalah sepelik apapun. Kumpul, makan, dan selesailah persoalan.

Horas Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun