Puluhan angkutan kota (angkot) diparkir tak beraturan di sebuah lahan kosong di pinggiran Kota Depok, Jawa Barat. Angkot berwarna biru itu tampak berhimpit dengan cat yang mulai mengelupas. Bagian ban sudah kempes hingga velk-nya dipenuhi tanah dan tumbuhan liar.
Angkot itu seolah pasrah dengan nasibnya, yang tak lagi mengaspal di jalan raya Kota Depok. Sudah lebih dari setahun angkot itu teronggok di sana. Itulah pengakuan seorang warga di sana, Minggu (6/5/2018) yang tidak tahu persis kenapa angkot itu harus berakhir di lahan kosong itu.
Sebelum masuk "kandang" yang dikelilingi pagar yang terbuat dari bahan seng itu, angkot itu pernah melayani berbagai jurusan dalam Kota Depok itu.
Dari nomor trayeknya, angkot itu melayani rute dalam kota, sebagian sedikit memasuki wilayah pinggiran Jakarta Selatan. Ada angkot bernomor D06 jurusan Simpangan-Terminal Depok, D02 jurusan Depok Timur-Terminal Depok, dan bernomor D106 jurusan Pondok Labu-Terminal Depok.
Pemandangan "kuburan angkot" seperti yang terdapat di wilayah Kalimulya, Cilodong, Depok ini seolah membuktikan bahwa keberadaan angkot saat ini semakin tergerus oleh serbuan ojek online (ojol) khususnya sepeda motor.
Penumpang berbondong-bondong beralih ke ojol dengan alasan harga yang sangat terjangkau serta banyak menghemat waktu. Konsumen kini dimanjakan oleh ojol yang bisa dengan mudah memesan tumpangan tanpa harus menunggu angkot di pinggir jalan.
Faktor lainnya, angkot khususnya dengan jenis mobil model lama tak lagi mendapat tempat di hati para penumpang, karena digantikan oleh mobil jenis baru yang dimodifikasi menjadi angkot. Kenyamanan penumpang sedikit lebih baik ketimbang menaiki angkot jenis lama.
Alhasil, angkot zaman tua pun tersingkir dari jalanan, dilibas kemajuan teknologi dan persaingan antara juragan angkot. Angkot tua itu pun harus rela menerima nasibnya, diparkir ke sebuah lahan kosong untuk menunggu takdir berikutnya.