Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat "Kuburan Angkot" di Pinggiran Depok

7 Mei 2018   13:04 Diperbarui: 7 Mei 2018   17:00 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Puluhan angkutan kota (angkot) diparkir tak beraturan di sebuah lahan kosong di pinggiran Kota Depok, Jawa Barat. Angkot berwarna biru itu tampak berhimpit dengan cat yang mulai mengelupas. Bagian ban sudah kempes hingga velk-nya dipenuhi tanah dan tumbuhan liar.

Angkot itu seolah pasrah dengan nasibnya, yang tak lagi mengaspal di jalan raya Kota Depok. Sudah lebih dari setahun angkot itu teronggok di sana. Itulah pengakuan seorang warga di sana, Minggu (6/5/2018) yang tidak tahu persis kenapa angkot itu harus berakhir di lahan kosong itu.

Sebelum masuk "kandang" yang dikelilingi pagar yang terbuat dari bahan seng itu, angkot itu pernah melayani berbagai jurusan dalam Kota Depok itu.

Dari nomor trayeknya, angkot itu melayani rute dalam kota, sebagian sedikit memasuki wilayah pinggiran Jakarta Selatan. Ada angkot bernomor D06 jurusan Simpangan-Terminal Depok, D02 jurusan Depok Timur-Terminal Depok, dan bernomor D106 jurusan Pondok Labu-Terminal Depok.

Pemandangan "kuburan angkot" seperti yang terdapat di wilayah Kalimulya, Cilodong, Depok ini seolah membuktikan bahwa keberadaan angkot saat ini semakin tergerus oleh serbuan ojek online (ojol) khususnya sepeda motor.

Penumpang berbondong-bondong beralih ke ojol dengan alasan harga yang sangat terjangkau serta banyak menghemat waktu. Konsumen kini dimanjakan oleh ojol yang bisa dengan mudah memesan tumpangan tanpa harus menunggu angkot di pinggir jalan.

Faktor lainnya, angkot khususnya dengan jenis mobil model lama tak lagi mendapat tempat di hati para penumpang, karena digantikan oleh mobil jenis baru yang dimodifikasi menjadi angkot. Kenyamanan penumpang sedikit lebih baik ketimbang menaiki angkot jenis lama.

Alhasil, angkot zaman tua pun tersingkir dari jalanan, dilibas kemajuan teknologi dan persaingan antara juragan angkot. Angkot tua itu pun harus rela menerima nasibnya, diparkir ke sebuah lahan kosong untuk menunggu takdir berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun