Sejak mendarat di Filipina, satu pemandangan yang langsung menarik perhatianku adalah petugas menenteng senjata api laras panjang yang sangat banyak terlihat di mana-mana. Karena masih sangat pagi mendarat di Ninoy Aquino International Airport dan butuh sarapan, di Jollibee terdekat di Manila langsung terlihat pemandangan yang langka ditemukan di Indonesia tercinta.
Mereka bukan tentara atau polisi, melainkan "sekadar "satpam. Iya, satpam yang di sana dikenal sebagai security guard.Â
Pemandangan yang segera mengesankan betapa tidak amannya Filipina. Maraknya sindikat narkoba dan kebebasan memiliki senjata -- bisa dibeli seharga Rp 5 jutaan -- membuat keamanan adalah hal yang mahal di negeri "People Power" ini. Hal yang membuatku makin cinta NKRI dengan satpam yang hanya bersenjata pentungan ...
Pertanyaan yang timbul dalam hatiku kemudian adalah: apakah senjata-senjata yang disandang satpam tersebut berisi peluru tajam atau sekadar peluru hampa? Sekadar show of force, "gagah-gagahan" sekadar menakut-takuti penjahat bisa juga, 'kan?
Tidak hanya di bank dan pusat keramaian yang memang berpotensi gangguan keamanan, bahkan di salah satu toko kecil tempat berjualan oleh-oleh yang kami singgahi pun dijagain satpam dengan pistol genggam tersemat di pinggang sebelah kanan.Â
Melihat tampilannya -- yang secara umum satpam domestik kita lebih gagah -- aku beranikan untuk bertanya (oh ya, masyarakat kebanyakan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang dipadu dengan Filipino) kepada sang petugas.
Dan dijawab bahwa benar itu senjata api. Satpam diwajibkan lulus pelatihan sertifikasi penggunaan senjata api yang diregistrasi ulang tahunan. Dan senjata tersebut berisi lima butir peluru tajam, jumlah yang "kebetulan" pas dengan jumlah kami dalam rombongan "berisik dengan banyak pertanyaan" yang adalah lima orang!
