Sebelanga daging harus dibuang akibat ketidak pahamam. Ini sebuah pengalaman buruk di dalam sebuah keluarga pensiunan.
Saya yang lagi sibuk menulis di Kompasiana,sesekali mengendus aroma bumbu daging yang dimasak Istri di dapur.Tiba tiba Istri kedatangan tamu dari tetangga sebelah lalu berbincang di ruang tamu.
Untuk tidak mengusik pembicaraan mereka,saya melangkah ringan menghampiri Istri dan berbisik:Apa dagingnya sudah bisa saya angkat?
Istri lalu menjawab:Belum..belum..karena garamnya belum cukup dan tolong tambahkan satu setengah sendok makan garam lalu tutup kembali dan kata kata itu terdengar oleh sang tamu.
Saya dengan senang hati  melakukan perintah dan membuka stopless plastik putih lalu menyendok sesuai dengan takaran yang di perintahkan sang ahlinya.
Lalu saya kembali kemeja kerja menulis sebuah comment untuk membalas tulisan Sutan Pangeran yang ada di dashboard kompasiana.
Tak lama kemudian tamu pun pergi sambil bercanda di depan rumah berkata, Pak Tua Pasaribu ternyata punya keahlian memasak dan berlalu.
Istri kembali ke dapur dan berteriak memanggil saya dan berkata:kenapa ini?kenapa ini?kok begini!
Busa telah menyelimuti seluruh belanga hingga tumpah ditatakan tempat kompor gas,untung nasib baik masih berpihak, tidak ada ledakan gas yang bisa berakibat fatal yang menyengsarakan pensiunan.
Bau rinso pun menyengat di sekitar dapur,trouble shooting pun kita lakukan,ternyata satu setengah sendok garam adalah satu setengah sendok rinso yang di aduk dengan daging sekuali.
Saya ingat sebuah terobosan dalam suatu kondisi yang tidak menguntungkan,contigency plan adalah alternatif agar daging sekuali terselamatkan.Lalu saya mengangkat daging sekuali dan menumpahkannya kedalam ember lalu diguyur dengan air,kerja sama yang aneh untuk sekuali daging.