Periode emas anak adalah masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Menurut Suyadi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar Paud (2010: 06) menyatakan bahwa periode emas berlangsung pada saat anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Namun, masa bayi dalam kandungan hingga lahir, sampai usia 4 (empat) tahun, adalah masa-masa yang paling menentukan. Periode ini disebut-sebut sebagai periode emas, atau yang lebih dikenal sebagai the golden ages.
Periode emas anak disebut sebagai masa keemasan atau the golden ages. Sebab, pada masa itu otak anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Dan, otak merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan anak. Periode ini dimulai sejak janin dalam kandungan hingga usia 6 (enam) tahun. Pertumbuhan dan perkembangan otak anak mencapai 80% dari otaknya di masa dewasa kelak. Artinya, di atas periode ini, perkembangan otak hanya 20% saja. Selebihnya hanyalah perluasan permukaan otak dan jalinan dendrit yang lebih rumit (Suyadi, 2010: 23-24).
Montessori dalam Hainstock (1999: 10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods). Selama masa ini anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dan lingkungannya. Selanjutnya Montessori menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa anak usia dini terutama anak prasekolah yaitu masa TK inilah masa dimana otak lebih cepat menangkap dan merangsang hal-hal yang barn yang akan di ajarkan oleh guru. Jadi, guru TK berperan penting bagi anak usia dini memberikan pondasi kepada anak untuk ke jenjang yang berikutnya. Disini guru juga dituntut memberikan inovasi-inovasi dalam pembelajaran guna menarik minat belajar anak juga anak lebih mudah menangkap apa yang diajarkan oleh guru.
Pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bisa meningkatkan 6 aspek perkembangan yang meliputi aspek perkembangan nilai moral agama, aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan sosial emosi, aspek perkembangan bahasa dan aspek perkembangan seni.
Anak usia dini memiliki enam aspek kemampuan dasar, salah satunya adalah kemampuan sosial emosional.Tapi disini kemampuan sosial emosional berperan penting dalam pembelajaran anak usia dini terutama ketika anak bermain bersama atau terlibat dengan kegiatan kelompok. Kemampuan sosial emosional perlu dimiliki sejak anak masih kecil sebagai suatu fondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungan-nya secara lebih luas. Ketidakmampuan anak berperilaku sosial yang diharapkan lingkungannya, dapat berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri, menarik diri dari lingkungan, dan sebagainya.
Berdasarkan basil penelitian dan kenyataan lapangan, menunjukkan bahwa penerapan strategi kooperstif melalui bermain balok untuk anak-anak masih banyak kelemahan dan kekurangannya . Selain penguasaan dan keterampilan kemampuan sosial emosional anak, guru juga perlu menguasai teknik-teknik mengajar bagaimana menciptakan bermain balok yang menarik dan anak bisa secara kolaborasi melakukan kerjasama dalam bermain kelompok bersama teman.
Sehubungan dengan uraian di atas, dalam kegiatan belajar mengajar di PAUD TK Pertiwi II Gagakspat, Ngemplak, Boyolali kemampuan sosial emosional anak dengan penerapan strategi kooperatf melalui bermain balok  sangat penting untuk melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kemampuan sosial emosional anak peserta didik PAUD TK Pertiwi II Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali anak  mampu memliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri, memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat terhadap aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan, memliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain bicara) untuk melatih kedisiplinan dan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kerjasama. dengan demikian penerapan strategi kooperatif dalam bermain balok sangat penting dalam pembelejaran dimana anak secara berkelompok akan membuat suatu bangunan secara berkelompok dan bukan secara individu , terlihat pada beberapa gambar antusias anak anak dengan penenrapan strategi koperatif sangat efektif dalam mengembangakn kemampuan sosial emosional anak.