Mohon tunggu...
P.S.N
P.S.N Mohon Tunggu... wiraswasta -

Ubi Societas Ibi Ius

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu 2019 Menakutkan?

5 November 2018   18:41 Diperbarui: 6 November 2018   09:43 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

perang hastag kembali meramaikan hiruk pikuk Pemilu 2019 terutama Pemilihan Presiden 2019 yag kembali mempertemukan (re-match) antara Jokowi vs Prabowo. 

harapan bagi masyarakat tentu dengan adanya dua kandidat berharap kedua pasangan tersebut bersama tim pemenangan berlomba-lomba melakukan hal yang baik dari mulai pemilihan narasi dan pemilihan diksi yang tepat untuk mengejewantahkan program - program yang hendak ditawarkan kepada masyarakat. Tetapi akhir-akhir ini kedua pasangan bersama timnya belum menunjukkan adanya upaya perang narasi, gagasan vs gagasan dan program vs program sebagai upaya menarik pemilih pada 2019.

media sosial saat ini tidak jarang melihat tensi panas perang narasi antara kedua kubu tetapi narasi yang dibentuk dan ditawarkan bukan narasi upaya membangun bangsa kedepan dimulai dari pembangunan jangka pendek hingga jangka panjang. harapan masyarakat untuk memilih Presiden terbaik diantara yang baik sirna, ketika tim pemenangan masing-masing calon presiden hanya menebar rasa takut dibungkus rapi dengan kata nasionalisme dan pancasilais.

narasi jangan suriahkan Indonesia menjadi menakutkan masyarakat yang memilih karena dibalik keinginan PERSATUAN Indonesia dijaga ternyata narasi itu tak ubahnya hanya soal dan bertujuan untuk mendikreditkan pihak lawan yang dekat dengan islam konservatif yang di cap saat ini oleh kelompok yang klaim pancasilais adalah kelompok radikal. 

sama halnya dengan narasi PKI yang ditujukan kepada pihak lawannya pula dengan berbagai narasi sama dengan bungkus keinginan PERSATUAN Indonesia tetapi sebenarnya mengungkap luka lama bangsa Indonesia dan bukan tidak mungkin masih ada yang merasa sakit hati atas peristiwa tersebut, tujuannya bukankah sama hanya untuk mendikreditkan pihak lawannya agar terlihat lemah dan tidak pantas memimpin negeri yang kita cintai ini.

sebagai pemerhati dan ikut andil mengikuti pesta demokrasi 5 tahunan ini sangat pantaslah kita yang mempunyai hak suara untuk menggugat mereka-mereka ini, karena dalam pengertian politik yang suci dan bertujuan untuk mempersatukan, memberikan keadilan dan mensejahterakan rakyat, konstituen wajib dihidangkan dengan konsumsi atau lauk pauk yang lezat dan bergizi bukan hanya untuk nalar publik tetapi untuk negara demokrasi sendiri, bukan menyajikan makanan-makanan busuk untuk dikonsumsi oleh rakyat saat ini.

POLITIK INDONESIA MENAKUTKAN DAN TAK MENGGEMBIRAKAN

banyaknya trend politisi muda pun ternyata belum mampu meningkatkan kualitas narasi kedua capres ini, bukan soal muda atau tidaknya mungkin karena politik di Indonesia masih dikuasai oleh orang-orang lama yang hanya memtingkan bagaimana caranya untuk berkuasa tanpa tau akibat dari hasil narasi-narasi yang menakutkan. contoh jika memilih si A Indonesia akan menjadi suriah dengan perang saudara dan sebagainya makanya rakyat Indonesia sebaiknya memilih si B, tidak ada satu kata pun dari narasi ini yang menggembirakan dan menyenangkan justru yang membuat narasi ini tak ubah ia seperti psikopat yang mampu menakut-nakuti pikiran dan sikologis pemilih. 

Alhasil dari pesta demokrasi yang demikian akan melahirkan dendam politik terus menerus dengan dibalut adagium tidak ada kawan dan lawan abadi yang ada hanya kepentingan, harus dipertegas ini baik bagi politisi tetapi tidak baik untuk rakyat karena kepentingan dari makna tersebut sangat sempit hanya terbatas pada kelompoknya semata.

masih ada waktu untuk merubah narasi politik yang menggembirakan dan tidak menakutkan, semoga saja kedepan yang dihadirkan dan disajikan para kedua tim kandidat ini adalah soal debat siapa yang tidak menepati janji, kenapa ia tidak menepati janji dan mengapa pertumbuhan ekonomi rendah dan begitu sebaliknya adu data vs data, adu argumen vs argumen, bagaimana upaya pemberantasan korupsi saat ini, bagaimana nasib pendidikan rakyat kecil dan soal kesehatan serta kesejahteraannya, ini yang menggembirakan bagi publik bagi demokrasi walaupun para timses ini harus bertarung dengan  otot leher didebat tetapi menyehatkan daripada ia tersenyum kecil dan tertawa menggunakan narasi yang menyesatkan yang membuat takut masyarakat.

note : soal pro dan kontra itulah demokrasi, tetapi yang diharamkan dari demokrasi adalah baperan jika tidak sependapat.berujung maki=maki 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun