Mohon tunggu...
Pangeran Mns
Pangeran Mns Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Penerapan Pancasila, Antara Harapan dan Penghianatan

2 Juni 2018   17:31 Diperbarui: 2 Juni 2018   17:37 3244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Riuh gemuruh suara masyarakat nyaring terdengar setiap kali merayakan hari besar nasional khususnya pada hari lahirnya Pancasila. Pancasila yang bermakna 5 nilai dan diperingati per 1 Juni tiap tahunnya merupakan satu cita-cita Bung Karno dan para founding fathers lain untuk mampu menjadikan negara yang diperjuangkannya menjadi negara yang adil makmur gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja (kondisi negara yang sangat subur serta sangat makmur dan kehidupan di dalamnya tertib, tentram serta sejahtera dan berkecukupan segala sesuatunya).

Sebagai ideologi dan falsafah negara, kelahiran Pancasila tentu menjadi hari yang sangat bersejarah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara kita sampai saat ini. Namun, menjadi hal yang sangat ironis, miris dan tragis ketika realitas kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini sangat jauh dari apa yang diamanahkan oleh Pancasila itu sendiri.

Upaya pengimplementasian dan/atau bentuk realisasi dari butir-butir yang terkandung dalam Pancasila hanya sebatas dibibir yang akhirnya tidak jarang digunakan sebagai senjata dalam beretorika. Dari serangkaian rentetan kekuasaan yang pernah ada pasca lahirnya Pancasila sampai hari ini belum ada rezim yang mampu mengimplementasikan Pancasila secara maksimal dan utuh.

Pada rezim Orde Lama penerapan Pancasila terhambat oleh perjuangan revolusi; pada rezim Orde Baru penerapan Pancasila dijadikan alat indoktrinasi; dan pasca Reformasi, Pancasila menjadi tempat persembunyian para tirani. Adapun, untuk melihat sejauh mana upaya penerapan Pancasila dewasa ini, mari kita bedah amanah yang ada dalam Pancasila dan realitas kehidupan dewasa ini.

1. Ketuhanan yang Maha Esa

Rakyat Indonesia sebagai pemilik sah negara ini secara implisit dituntut untuk menjadikan norma agama sebagai pedoman dalam melakukan segala sesuatu dengan harapan agar setiap tindak tanduknya dapat mencerminkan nilai ketuhanan yang begitu sempurna.

FAKTANYA:

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita sangat tidak mencerminkan nilai ketuhanan atau tidak sejalan dengan norma agama. Salah satu contohnya adalah banyak diantara pejabat-pejabat yang bahkan sudah disumpah atas nama Tuhan dengan kitab suci diatas kepalanya justru masih tetap melakukan tindakan korupsi. Selain itu masih banyak pihak yang melakukan aksi provokasi, hasutan dan fitnah berbau SARA yang tidak jarang memicu konflik horizontal bahkan verikal hal tersebut tentu tidak diajarkan dalam norma agama.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Masyarakat Indonesia dituntut menjunjung tinggi nilai egaliter atau kesetaraan dalam menjalani kehidupan di bumi nusantara ini. Butir ke-2 Pancasila dapat diartikan juga sebagai upaya untuk memanusiakan manusia untuk terhindar dari penindasan dan perbudakan. Bahkan Bung Karno menegaskan bahwa tujuan daripada revolusi indonesia adalah untuk menghilangkan apa yang disebut l'exploitation de l'homme par l'homme dan l'exploitation de nation par nation (eksploitasi manusia terhadap manusia dan eksploitasi negara terhadap negara).

FAKTANYA:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun