Saya kebetulan memiliki beberapa teman muslim yang (ber-aliran) "ekstrem"Â yang dalam keseharian nya memakai pakaian tertutup yang biasa di sebut jubah dan bercadar,pun warna pakaian nya selalu gelap.
Ditengah banyaknya makian,olokan dan perlakuan perlakuan dari lingkungan sekitarnya yang menurut saya sangatlah kejam dan sangat tidak terpuji,saya mem-posisikan diri sebagai manusia yang menghargai prinsip,keyakinan dan pilihan orang lain. Dan saya pun tidak membedakan teman saya tersebut.
Entah karena faktor "Gen-x"Â atau yang lain,saya seringkali (merasa ingin) membela pilihan dan keyakinan orang lain,bahkan dalam hal memilih cara berpakaian.
Seringkali ia mengeluh karena perlakuan dan umpatan yang sering ia terima,ia di-cap teroris hanya karena dia memilih berjubah dan bercadar.
Saat ini kita berada pada era yang dipenuhi prasangka. Orang semakin tidak berani membuka diri dan pikirannya serta mengenal orang lain apa adanya. Orang lain selalu saja didefinisikan berdasarkan apa yang ada di kepalanya. Sayangnya, seringkali apa yang ada di kepala adalah tumpukan kecurigaan dan tuduhan,bukan fakta yang sesungguhnya.
Lalu timbul pertanyaan,dari mana kecurigaan dan tuduhan tersebut berasal?. Dia bisa berasa dari mana saja, salah satunya dari prasangka lingkungan sekitar yang terus menerus di tanamkan dalam diri dan pikiran kita. Jangan heran, jika ada rasa takut kepada salah satu ras,etnis atau bahkan keturunan.Â
Misal,orang menilai bahwa semua"Orang Cina"Â kaya dan pebisnis. Hal ini di karenakan lingkungan kita secara terus menerus menyuntikan hal itu ke pikiran kita, bahwasannya "Orang Cina" itu pasti kaya dan pebisnis
Ketika dia bertemu dengan Orang Cina yang tidak kaya dan bukan pebisnis dia terkaget-kaget,"kok ada ya Cina tidak kaya dan bukan pebisnis?
Sayang seribu kali sayang,ketika dia tidak merevisi prasangkanya,tapi realitas yang tidak sesuai dengan prasangkanya malah dianggap "Anomali".
Kurang lebih seperti itulah kebanyakan orang sekarang melihat dan menilai orang bercadar. Perempuan bercadar begitu sudah mereka anggap teroris. Sebetulnya tidak ada hubungannya antara cadar dan teroris.Â
Prasangka itu lahir salah satunya dari derasnya berita tentang perempuan bercadar terlibat dari aksi terorisme. Berita tersebut kemudian membentuk suatu prasangka asosiatif,bahwa orang bercadar adalah teroris. Seperti stereotipe orang Cina "Kaya dan Pebisnis". Perempuan bercadar secara tidak adil dilekati cap teroris.