Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhiran, dan janganlah kamu lupa melupakan bahagiamu (kenikmatan) hidupmu di dunia. (Q.S. 28:77) Â Ayat di atas mengharapkan agar kehidupan mesti seimbang, antara duniawi dan ukhrowi. Ada tiga klasifikasi cara hidup manusia yakni : Pertama, terlalu mengutamakan kehidupan dunia, sehingga lupa pada kehidupan di hari akhir, Â ciri hidup seperti ini, ditemukan pada orang yang berjiwa materialistis dan kapitalis.
Kedua, orang yang mengabaikan kehidupan dunia, pikiran hanya terfokus untuk hari akhirat saja, akibatnya dunia terabaikan, hal ini dikarenakan salah dalam memahami agama. Tetapi dia tidak tahu bahwa itu salah, sehingga sangat sulit untuk merubah cara berfikir dan bertindak yang salah tersebut. Ketiga, orang yang berfikiran  lebih  maju,  yaitu adanya keseimbangan antara dunia dan akhirat. Manusia seperti ini yang akan sukses karena dibutuhkan, apalagi pada kehidupan yang penuh tantangan dan persaingan.
Untuk menggapai hidup yang seimbang tidaklah mudah, harus memiliki keimanan yang kokoh, sehingga yakin dalam beraktifitas dan tidak mudah putus asa, jika menemui rintangan dan kerikil-kerikil  kehidupan. Juga memiliki ilmu dan ketrampilan, sehingga mampu untuk berkompitisi. Namun itu belum cukup, harus memiliki hati yang bersih dalam berbuat, dalam bahasa agama disebut ikhlas, sebagai kunci dari perbuatan.Â