Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Edukasi Covid-19 bagi Siswa Saat PJJ

12 Juni 2020   11:19 Diperbarui: 12 Juni 2020   11:21 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: diambil dari jpnn.com

Pada masa pageblug Covid-19, guru harus mengubah paradigma. Perlu menyesuaikan konsentrasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Maka, mengedukasi siswa untuk tetap survive pada masa pandemi virus korona sepertinya harus menjadi prioritas. Target kurikulum --sementara--  tidak menjadi prioritas. Ini sesuai dengan salah satu poin penting dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020, yaitu  memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum kenaikan kelas maupun kelulusan. Dengan kondisi tetap survive pada masa pandemi virus korona, siswa masih memiliki kesempatan merampungkan target kurikulum.

Sosialisasi protokol kesehatan merupakan materi sangat penting. Semua siswa harus mengetahui dan sekaligus (guru) memastikan mereka dapat melakukannya. Ini bagian tugas penting guru pada masa pandemi Covid-19 ini. Materi ini langsung berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari siswa.

Siswa harus mendapat dukungan secara utuh untuk menjalani protokol kesehatan Covid-19. Bahkan, terus dikawal. Pengawalan ini berfungsi menguatkan keteguhan siswa. Jangan sampai mereka akhirnya lemah dalam menjalani protokol kesehatan.

Karena ada banyak faktor yang membuat mereka lemah menjalankannya, baik lewat media maupun langsung di masyarakat (sekitar mereka). Misalnya, masih ada orang tak menggunakan masker berada di keramaian, orang berkerumun, dan tak membiasakan cuci tangan sehabis beraktivitas.

Hingga 30/5/2020, di Indonesia ada 1.851 anak usia kurang dari 18 tahun terkonfirmasi positif Covid-19. Mungkin jumlah sebenarnya lebih banyak ketimbang jumlah yang tercatat. Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya edukasi tentang Covid-19 terhadap anak-anak.

Mereka memang memiliki orangtua, tapi tak semua orangtua acuh terhadap pageblug virus itu. Sebagian anak dari 1.851 itu dapat dipastikan tertular dari orangtua atau keluarga. Sebab, selama ini anak-anak lebih banyak beraktivitas di rumah bersama keluarga. Sekolah masih libur. Jadi penularan virus Covid-19 terhadap mereka terjadi dalam keluarga.

Bukan mustahil anak-anak yang sudah teredukasi (secara benar) dapat menjadi pihak  yang paling peduli di dalam keluarga. Sehingga sikapnya setidaknya dapat  menjadi pertimbangan orangtua atau anggota keluarga yang lain ketika menganggap remeh Covid-19. Bukankah kita juga pernah diingatkan oleh anak kita ketika sedang khilaf? Itu bukti bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu, anak bisa menjadi pihak yang paling peduli.

Anak-anak dari keluarga menengah ke bawah  --yang umumnya sanitasi lingkungan, pola hidup, dan kebiasaan pergaulan mereka kurang terurus---merupakan segmen yang harus mendapat prioritas edukasi. Sebab kemungkinan edukasi dalam keluarga sangat minim atau bahkan tidak ada (sama sekali) karena keadaan.

Anak-anak dari keluarga menengah ke atas lebih mungkin mendapat edukasi dari keluarga. Karena kemampuan keluarga, mereka mendapat perlindungan. Memang 1.851 anak itu belum diketahui latar belakang keluarga. Tapi, kita dapat menduga boleh jadi sebagian besar berlatar belakang dari keluarga menengah ke bawah.

Anak-anak dari keluarga menengah ke bawah tak hanya kurang edukasi, tapi juga kurang sarana protokol kesehatan Covid-19. Belum tentu mereka memiliki masker dan sabun cuci tangan apalagi hand sanitizer, misalnya. Belum lagi makanan bergizi yang pada masa pandemi ini sangat dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan imunitas tubuh agar tak mudah diserang virus. Mereka sangat berbeda dengan anak-anak dari keluarga menengah ke atas. Boleh jadi mereka serba kekurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun