Saya tidak pernah menjumpai sebuah perbedaan. Setiap orang yang melaporkan kejahatan atau kenakalan orang lain kepada yang berwenang, pasti diancam. Selalu begitu saya mengetahuinya. Sama dari dahulu hingga sekarang. Sama juga yang terlihat atau terbaca di media dan di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, sang pelapor selalu menyembunyikan identitasnya. Atau, meminta agar identitasnya dirahasiakan oleh yang berwenang. Agar keamanannya terjamin. Agar pasca melapor, tidak ada tindakan pemburuan.
Di sekolah, merahasiakan identitas siswa yang memberi tahu tentang temannya yang bersikap menyimpang dilakukan oleh guru. Lazimnya, sekalipun sang pemberi tahu tidak meminta agar identitasnya disembunyikan, guru sudah tanggap. Guru pasti merahasiakan identitas siswa tersebut.
Dalam kasus di masyarakat sangat tampak dalam merahasiakan identitas. Kita sering melihat di media, Â pihak yang berwajib menutupi wajahnya dengan rapat. Penutupnya hanya berlubang di bagian mata. Agar ia tetap dapat melihat. Hal itu dilakukan semata-mata agar penindak tetap dalam kondisi aman.
Dalam konteks yang berbeda, Â tidak jarang kita melihat anak atau remaja yang melakukan kejahatan, wajahnya ditutup ketika diinterogasi. Tindakan itu dilakukan oleh pihak berwajib agar identitas anak atau remaja tersebut tidak diketahui publik. Yaitu, untuk menjaga nama baik mereka.
Masa depan mereka masih sangat panjang. Mereka masih harus bergulat menjalani hidup di masyarakat. Kalau identitas mereka tertutup, tidak merasa minder berada di masyarakat. Mereka masih memiliki peluang untuk menjadi baik.
Sebaliknya, kalau identitas mereka dibuka, dipastikan mereka kehilangan muka. Karena bukan mustahil diejek oleh teman-temannya. Bahkan, boleh jadi dijauhi oleh banyak orang yang mengenalnya. Semua itu dapat membunuh karakter mereka. Mereka dapat kehilangan masa depan.
Dalam benak sebagian orang, membiarkan mereka mungkin supaya mereka kehilangan masa depan. Sebab, mereka sudah berbuat salah. Perbuatan salah pasti ada konsekuensinya. Kehilangan masa depan merupakan salah satu konsekuensinya.
Tetapi, benak sebagian orang yang lain memiliki rasa kasihan. Masa kehidupan anak atau remaja masih jauh. Masih puluhan tahun. Mereka sangat mungkin dapat berubah. Karenanya, tidak manusiawi kalau mereka tidak diberi kesempatan untuk berubah.
Berkaitan dengan kasus yang melibatkan orang-orang dewasa ada perlakuan yang berbeda. Apalagi kasus-kasus besar yang berkaitan dengan uang negara. Para koruptor justru diberi identitas jelas. Mengenakan rompi. Setidak-tidaknya agar publik mengetahui bahwa mereka adalah koruptor.
Tetapi, sayang, meskipun identitasnya dipublikasi, mereka tidak merasa malu. Terbukti, ketika difoto atau divideokan oleh pewarta, mereka tersenyum. Melambai-lambaikan tangan. Terlihat bangga. Seakan tidak melakukan kesalahan.