Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tetap Menjaga Suasana Belajar

24 November 2017   16:19 Diperbarui: 24 November 2017   16:23 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku, juga beberapa guru yang lain, tetap menjaga komitmen mengajar dan mendidik dengan baik. Sebab, kami sudah diberi tanggung jawab negara untuk mendampingi kalian dalam belajar. Negara sudah mengeluarkan banyak uang untuk kami. Tidak hanya gaji yang setiap awal bulan masuk ke rekening kami. Tetapi juga sertifikasi. Tentu yang ini bagi guru yang sudah bersertifikasi. Guru yang belum bersertifikasi, bagaimana? Teman-teman seperjuangan yang satu ini sudah menerima tunjangan kok. Hanya, nominalnya berbeda. Guru-guru di sekolah swasta pun demikian. Ada yang menerima anugerah sertifikasi, ada juga yang tunjangan. Artinya, negara telah memberi perhatian.


Bagaimana mungkin hati kami mengabaikan kalian dalam menuntut ilmu? Seburuk-buruknya kami, tidak mau kami mengkhianati profesi. Apa yang kami terima dari negara sebisa mungkin kami kembalikan. Kepada kalian, anak-anak. Tiap-tiap hari sejak pagi hingga siang kami berada di antara kalian. Saat kalian memasuki gerbang sekolah kita, kami telah menyambutmu dengan cinta dan genggam tangan. Kami tidak membiarkan begitu saja kalau menemukan kalian sembarangan mengenakan pakaian. Selalu kami ingatkan. Bahkan, tak jarang kami membantu menatanya. Agar kalian terlihat cantik dan tampan.


Begitu pun ketika di ruang belajar. Sebisa mungkin kami mengajari kalian. Padaku tidak ada yang aku tutupi. Semua aku berikan kepada kalian. Aku yakin, guru-guru yang lain, tak jauh berbeda denganku. Ilmu yang pernah didapatkannya dibangku belajar, dilimpahkannya semua kepada kalian. Sebab memang untuk itulah negara menggaji kami. Aku, tentu juga guru-guru lain, berpikir buat apa ilmu disimpan. Ilmu harus dibagikan. Sebab, ketika dibagikan, ilmu itu tidak berkurang, tapi semakin bertambah. Sebab, mau tidak mau, kami harus belajar karena hakikatnya ilmu itu terus  berkembang.

Hanya, kadang perasaanku agak terganggu kalau ada kebijakan-kebijakan yang kurang memihak kalian. Kalian memang belum mengerti. Karena hal itu memang tidak disiarkan kepada kalian. Sekalipun seharusnya kalian memiliki hak untuk mengetahuinya. Sebab, apa pun yang dilakukan di sekolah kita pada hakikatnya untuk kalian. Jadi, perubahan-perubahan apa pun yang terjadi di sekolah kita, kalian berhak ikut memikirkan. Karena kalian yang akan merasakannya, enak atau tidak.


Sekali pun kalian belum dewasa, mengetahui apa yang menjadi milik kalian (sendiri) itu penting. Bukankah sekolah itu milik kita? Ya milikku. Milik guru-guru yang lain. Juga milik kalian. Kita yang memanfaatkan setiap harinya. Tetapi, begitulah kenyataannya. Tidak semua warga yang memiliki bisa mengetahui kedalamannya. Kok kalian, anak-anakku. Aku, juga sebagian besar guru, tidak bisa mengetahui kedalamannya.


Tentang (alasan) mengapa kok aku, sebagian besar guru, dan kalian tidak bisa mengetahui kedalamannya. Aku tidak akan menceritakan hal itu kepada kalian. Di tulisan ini saja aku tidak mau menceritakan dugaan-dugaanku. Tidak penting itu dijelaskan. Toh saat kalian dewasa nanti dan kalau memilih profesi seperti yang aku pilih, kalian pasti mengerti. Bahkan, sekalipun tidak memiliki profesi seperti profesiku, kelak saat kalian dewasa aku jamin kalian mengetahuinya. Percayalah! Tunggu saja waktu tiba.


Akan tetapi, dampak semua yang aku ceritakan itu, seperti yang sudah kusebut di atas, acap kali menciptakan suasana kerja agak kurang nyaman. Mengganggu perasaan. Hal ini yang patut kuceritakan kepada kalian di sini. Sebab, suasana kerja yang aku dan sebagian besar guru alami mungkin berdampak kepada kalian. Sekalipun dalam anganku berharap tidak berdampak pada proses pembelajaran yang kalian sedang tempuh di ruang belajar. Ya itu harapanku: kalian belajar tanpa terganggu.


Walaupun perasaanku, juga perasaan sebagian besar guru, boleh terganggu. Begitu sulit aku menutupi kenyataan yang kami hadapi, seolah-olah tidak ada. Telinga ini, bahkan hati ini, tidak dapat dibohongi. Betul. Jadi, ya biarlah suasana itu melingkupiku. Aku pun yakin teman-teman guru yang seperasaanku, membiarkannya suasana itu tetap ada. Karena, sekali lagi, tidak mudah menganggap sesuatu yang ada seakan-akan tidak ada. Yang penting, sekalipun perasaan terganggu, aku, tentu juga sebagian besar guru, tetap seutuhnya mendampingi kalian belajar dalam suasana yang nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun