2 kader partai demokrat di DPR RI ini tergolong yang paling vokal dan berani tampil beda dalam diskusi-diskusi yang melibatkan mereka. Jika ada seseorang yang menjelek-jelekan presiden SBY, mereka akan mudah tersulut emosinya dan akan menyerang balik orang tersebut.
Di mata mereka SBY adalah sosok presiden yang arif, bijaksana, tegas, adil, dan kebapakan, makanya baik Ruhut ataupun Sutan sering menyebut SBY dengan sebutan Bapak.
Sutan Bhatoegana dalam diskusi di DPD RI sempat keseleo lidah dengan menyebut Gus Dur jatuh dari kursi presiden karena tersangkut korupsi. Reaksi pendukung Gus Dur, khususnya kaum nahdliyin terhadap ucapan Sutan sangat keras. Mereka menuntut Sutan meminta maaf, Sutan bergeming, merasa tak salah ia tak mau meminta maaf : "Saya tidak merasa salah, karena saya tidak bilang seperti yang diberitakan, daripada saya disuruh minta maaf, lebih baik saya dilaporkan ke polisi."
Namun Anas Urbaningrum punya pandangan lain, ia melihat jauh ke depan, ia pun mewakili Sutan meminta maaf : "Sebagai ketua umum partai demokrat, sebagai bagian dari keluarga besar NU, dan sebagai pengagum Gus Dur, saya menyampaikan permohonan maaf kepada (alm) Gus Dur, keluarga, pengikut dan warga NU."
Sutan tak punya pilihan lain, ketua umum Partai Demokrat sudah meminta maaf, sebagai kader partai yang taat dan patuh ia pun terpaksa menjilat ludahnya sendiri, ia kemudian meminta maaf kepada (alm) Gus Dur dan keluarga, namun meminta Adhi Massardi untuk juga meminta maaf kepada presiden SBY atas ucapan-ucapannya yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab.
Di sisi lain, mungkin karena merasa teman seperjuangan, Ruhut Sitompul menyesalkan sikap ketua umum partai demokrat Anas urbaningrum yang meminta maaf kepada keluarga Gus Dur : "Ini karena Anas minta maaf, makanya Sutan jadi diserang." Ruhut menambahkan :"Adhi Massardi ini pintar memplesetkan."
Ruhut.. Ruhut.. Anda ini sentimen sekali terhadap Anas Urbaningrum, masih belum puas yah kubu anda kalah dalam pemilihan ketua umum partai Demokrat tahun lalu ? Jika anda terus seperti ini, tak merubah sikap anda dalam berpolitik, maka tak lama lagi nasib anda akan seperti Sutan Bhatoegana, kena batunya.
Sudah bagus Anas meminta maaf atas ucapan Sutan Bhatoegana yang potensial menimbulkan konflik terbuka dengan kalangan NU, dan sudah bagus juga Sutan mau mengakui kesalahannya serta meminta maaf atas ucapannya.
Anas adalah sosok politikus yang handal, santun dan berhitung dengan sangat cermat (persis guru politiknya Akbar Tanjung). Sangat tepat Anas tak merestui Sutan Bhatoegana menjadi calon gubernur Sumatera Utara, bisa hancur lebur citra partai demokrat jika Sutan jadi maju sebagai calon gubernur dari Partai demokrat.