Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bacot

26 September 2014   01:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_325653" align="aligncenter" width="600" caption="dok.pri"][/caption]

Salah satu kebutuhan vital manusia—sebagai makhluk sosial—adalah bahasa. Bahasa juga menjadi sarana penting ketika manusia berinteraksi, dengan sesama manusia ataupun makhluk hidup lain selain manusia. Dengan bahasa lisan, bahasa tulis, bahasa isyarat atau bahasa lainnya.

Yang awalnya tidak saling kenal satu sama lain (asing), dengan bahasa, manusia bisa menjadi dekat  dan bahkan tidak sedikit yang menjadi teman dan saudara, sebagai contoh teman lewat media sosial seperti facebook atau Kompasiana ini.

Namun, bisa juga terjadi sebaliknya, bahasa bisa memutuskan tali silaturahim bahkan menyebabkan permusuhan, tergantung (karakter atau sifat) manusianya. Budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang. Ada peribahasa “Bahasa menunjukkan bangsa”.

Bahasa juga bisa mengekspresikan (indikator) kondisi emosi atau kejiwaan seseorang. Ketika seseorang emosinya sedang memuncak, biasanya—disadari atau tidak—ia akan memaki dengan memilih ucapan paling kasar, misalnya tak punya otak, dasar buta, bacotnya busuk dan sebagainya. Dan untuk menghina ia akan mencari perumpamaan—biasanya—binatang yang  dianggap paling rendah dan hina serta menjijikkan, misalnya babi, anjing, kutu loncat, kutu busuk, dan sebagainya. Belum pernah dengar umpatan, “Uh, dasar kelinci”.

[caption id="attachment_325654" align="aligncenter" width="600" caption=" Bahasa halus dari mulut adalah....... (dok.pri)"]

14116455771928598553
14116455771928598553
[/caption]

[caption id="attachment_325655" align="aligncenter" width="600" caption="Ironis, ditengah beratya rakyat mencari nafkah, uang dihambur-hamburkan untuk membikin spanduk yang tak ada manfaatnya. (dok.pri)"]

1411645745255908337
1411645745255908337
[/caption]

Jika hal itu diucapkan secara verbal atau lisan maka seketika itu juga segera lenyap dari pendengaran (kecuali direkam), namun bila makian itu dilakukan secara tertulis (atau lewat media sosial)maka sepanjang masa  masih bisa dilacak. Suatu saat anak cucu kita akan menemukan apa yang pernah kita ungkapkan atau ucapkan.

Untuk mencegah orang lain berkata kasar bukan dengan melakukan hal yang sama, dan bahkan justru lebih kasar. Ingat slogan PEGADAIAN, mengatasi masalah tanpa masalah, bukan malah menambah masalah.

Salam ngebacot. Eh maaf terlanjur...hehehe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun