Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suami Ideal 3: Selalu Membahagiakan Isteri

30 September 2011   00:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada tulisan terdahulu tentang karakter suami ideal, saya telah menyampaikan karakter yang pertama (Lihat) dan karakter kedua (Lihat). Pada tulisan ini saya ingin menambahkan karakter suami ideal berikutnya.

Ketiga, suami ideal mampu membahagiakan isteri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan isterinya. Mengapa para suami harus selalu berusaha membahagiakan isteri ? Karena apabila anda mampu membahagiakan isteri, maka isteri akan sangat senang memberikan bantuan yang anda minta. Ia bersedia memberikan apapun demi anda.

Kesalahan yang sering dimiliki para suami adalah, merasa telah membahagiakan isteri hanya dengan memberikan kebutuhan materi yang berlimpah. Membuatkan rumah mewah, membelikan mobil mewah, perlengkapan rumah tangga serba mewah, membelikan handphone yang berharga mahal, membelikan pakaian serba mahal, dan seterusnya. Dengan cara itu suami merasa sudah membahagiakan isteri, padahal itu semua baru kebutuhan material.

Dengan pemahaman yang salah seperti itu, banyak kalangan suami yang merasa gagal membahagiakan isteri hanya karena tidak mampu memberikan dan menghadirkan kemewahan. Rumah yang amat sangat sederhana, tidak punya mobil, hanya memiliki motor butut, perlengkapan rumah tangga yang sangat terbatas dan ala kadarnya, dianggap tidak bisa membahagiakan isteri.

Jadi teringat lagu jadul yang dinyanyikan Godbless, "Rumah Kita". Yuk nyanyi dulu :

hanya bilik bambu tempat tinggal kita / tanpa hiasan tanpa lukisan / beratap jerami beralaskan tanah / namun semua ini punya kita / memang semua ini milik kita sendiri

hanya alang-alang pagar rumah kita / tanpa anyelir tanpa melati / hanya bunga batu tumbuh di halaman/ namun semua itu punya kita / memang semua itu milik kita

haruskah kita beranjak ke kota / yang penuh dengan tanya

lebih baik di sini rumah kita sendiri / segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa / semuanya ada di sini / rumah kita

Benarkah bahagia itu terletak pada kemewahan materi yang bisa diberikan suami kepada isteri ? Semua isteri senang diberikan kemewahan oleh suami, namun bukan berarti faktor itu yang menentukan kebahagiaan hatinya. Syair lagu di atas mengingatkan kita bahwa seperti apapun, rumah kita sendiri lebih memberikan kebahagiaan dibandingkan mengharapkan sesuatu yang lebih mewah di kota, namun belum pasti.

Bilik bambu, alas tanah, atap jerami, berpagar alang-alang, tanpa anyelir, tanpa melati, dan hanya bunga batu sebagai penghias rumah. Gambaran tentang kesederhanaan kehidupan, namun karena mampu menikmati dengan jiwa, mampu bersyukur dengan apa yang ada, maka mampu memberikan kebahagiaan bagi penghuninya. Artinya, benda-benda itu selalu terikat oleh hukum materi, bahwa materi tidak akan pernah bisa memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun