Pada tulisan terdahulu tentang karakter suami ideal, saya telah menyampaikan karakter yang pertama (Lihat) dan karakter kedua (Lihat). Pada tulisan ini saya ingin menambahkan karakter suami ideal berikutnya.
Ketiga, suami ideal mampu membahagiakan isteri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan isterinya. Mengapa para suami harus selalu berusaha membahagiakan isteri ? Karena apabila anda mampu membahagiakan isteri, maka isteri akan sangat senang memberikan bantuan yang anda minta. Ia bersedia memberikan apapun demi anda.
Kesalahan yang sering dimiliki para suami adalah, merasa telah membahagiakan isteri hanya dengan memberikan kebutuhan materi yang berlimpah. Membuatkan rumah mewah, membelikan mobil mewah, perlengkapan rumah tangga serba mewah, membelikan handphone yang berharga mahal, membelikan pakaian serba mahal, dan seterusnya. Dengan cara itu suami merasa sudah membahagiakan isteri, padahal itu semua baru kebutuhan material.
Dengan pemahaman yang salah seperti itu, banyak kalangan suami yang merasa gagal membahagiakan isteri hanya karena tidak mampu memberikan dan menghadirkan kemewahan. Rumah yang amat sangat sederhana, tidak punya mobil, hanya memiliki motor butut, perlengkapan rumah tangga yang sangat terbatas dan ala kadarnya, dianggap tidak bisa membahagiakan isteri.
Jadi teringat lagu jadul yang dinyanyikan Godbless, "Rumah Kita". Yuk nyanyi dulu :
hanya bilik bambu tempat tinggal kita / tanpa hiasan tanpa lukisan / beratap jerami beralaskan tanah / namun semua ini punya kita / memang semua ini milik kita sendiri
hanya alang-alang pagar rumah kita / tanpa anyelir tanpa melati / hanya bunga batu tumbuh di halaman/ namun semua itu punya kita / memang semua itu milik kita
haruskah kita beranjak ke kota / yang penuh dengan tanya
lebih baik di sini rumah kita sendiri / segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa / semuanya ada di sini / rumah kita
Benarkah bahagia itu terletak pada kemewahan materi yang bisa diberikan suami kepada isteri ? Semua isteri senang diberikan kemewahan oleh suami, namun bukan berarti faktor itu yang menentukan kebahagiaan hatinya. Syair lagu di atas mengingatkan kita bahwa seperti apapun, rumah kita sendiri lebih memberikan kebahagiaan dibandingkan mengharapkan sesuatu yang lebih mewah di kota, namun belum pasti.
Bilik bambu, alas tanah, atap jerami, berpagar alang-alang, tanpa anyelir, tanpa melati, dan hanya bunga batu sebagai penghias rumah. Gambaran tentang kesederhanaan kehidupan, namun karena mampu menikmati dengan jiwa, mampu bersyukur dengan apa yang ada, maka mampu memberikan kebahagiaan bagi penghuninya. Artinya, benda-benda itu selalu terikat oleh hukum materi, bahwa materi tidak akan pernah bisa memuaskan.