Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Ibu Hamil Harus Bahagia? (Bagian Ke-2)

3 Agustus 2022   22:52 Diperbarui: 3 Agustus 2022   22:55 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa ibu hamil harus bahagia? Karena studi telah menemukan bahwa kondisi mental ibu hamil juga dirasakan oleh janin, bahkan memengaruhi perkembangan otak janin. Sebagaimana telah kita bahas dalam postingan sebelumnya, depresi yang dialami ibu hamil berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental anak yang dilahirkan.

Penelitian lain yang diterbitkan JAMA Open Network mengungkapkan, stres yang dirasakan perempuan selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak janin yang dikandungnya. Kesimpulan ini didapat setelah peneliti melihat hasil dari dokumentasi pada pemindaian otak janin.

Janin dari ibu hamil dengan tingkat kecemasan lebih tinggi, cenderung mempunyai koneksi yang lebih lemah antara dua area otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan kognitif lanjut; serta koneksi yang lebih kuat antara bagian-bagian otak yang terhubung dengan kontrol emosi dan perilaku.

"Tingkat kecemasan, tampaknya mempunyai efek langsung pada cara otak janin dibentuk dan diatur dalam rahim," ungkap Catherine Limperopoulos, penulis laporan studi dari Children's National Washington D.C. Lebih lanjut  Limperopoulos menyatakan, "Apa yang dialami ibu hamil, juga dialami bayi yang dikandungnya," lanjutnya.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengungkapkan hubungan antara stres, kecemasan, dan depresi pada ibu hamil dengan masalah sosial, emosional, dan perilaku pada anak ketika telah mencapai usia lebih dewasa. Studi klinis telah menemukan adanya defisit neurobehavioral seperti gangguan koordinasi motorik, reaktivitas emosional yang lebih tinggi, dan keterlambatan bahasa, pada anak yang lahir dari ibu yang mengalami stres.

Limperopoulos menerbitkan hasil sebuah penelitian yang menemukan bahwa tingkat stres yang tinggi selama kehamilan mengganggu biokimia otak bayi dan pertumbuhan hipokampus, area otak yang terlibat dalam pembentukan ingatan baru, yang juga terkait dengan pembelajaran dan emosi.

Setiap Hari Dalam Rahim Adalah Penting Bagi Janin

Studi menyatakan, stres pada ibu hamil juga terkait dengan kelahiran prematur. Ibu hamil yang merasa kewalahan dan tidak mampu mengatasinya selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum pembuahan, memiliki kehamilan yang lebih pendek daripada wanita lain.

"Setiap hari yang dilalui janin di dalam rahim adalah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya," ungkap Christine Dunkel Schetter, profesor psikologi dan psikiatri Universitas California, Los Angeles. Maka kehamilan yang sempurna akan ikut menentukan kualitas bayi yang dilahirkan.

Bayi prematur, ungkap Schetter, mempunyai risiko kesehatan lebih tinggi, termasuk cacat perkembangan dan masalah kesehatan fisik. Untuk itu, ibu hamil tidak boleh stres. Ibu hamil yang mengalami stres berpengaruh secara tidak baik bukan saja untuk si ibu, namun juga untuk si bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun