Seperti saat berkumpul, merasakan kehangatan dalam kebersamaan, itu juga hanya sebentar. Hanya 8 menit saja. Berumah tangga, berteman, bercanda, bercengkerama, itu hanyalah bunga-bunga dan hiasan kehidupan dunia. Tapi harus kita lakukan, karena ada kewajiban 'mampir ngombe'.
Jika kita tak mau mampir ngombe, kita bisa mati kehausan. Dan itu menyiksa diri. Maka harus ada saat dimana kita mampir ngombe. Saat dimana kita bercengkerama, menikmati keindahan dunia yang halal, melakukan aktivitas bersama keluarga, sahabat dan kerabat.
Wedangan, untuk Bekal Keabadian
Hidup sesungguhnya adalah akhirat. Namun kita tidak boleh melupakan dunia. Tak akan bisa meraih akhirat yang bahagia, jika tidak mau mengurus dunia. Meski hanya 8 menit, kita lakukan hal terbaik, semampu yang kita bisa.
Imam Al-Ghazali dalam kitab "Al-Tibr Al-Masbuk fi Nashihah Al-Muluk", menggambarkan tentang hidup yang pendek ini, sebagai berikut.
"Dunia ini adalah persinggahan, bukan tempat menetap. Manusia adalah pengembara. Persinggahan pertamanya adalah di dalam liang lahat. Tanah air manusia dan tempat menetapnya adalah ruang dan waktu sesudah itu".
"Setiap tahun yang dilewatinya bagaikan satu tahapan perjalanan. Setiap bulan yang telah dilewatinya bagaikan istirahat sang musafir di perjalanan. Setiap pekan bagaikan bertemu sebuah desa. Setiap nafas yang berhembus bagaikan langkah-langkah kaki yang terus bergerak mendekati persinggahan terakhir".
Maka, tradisi wedangan adalah upaya memperbanyak dan memperbaiki bekal. Agar persinggahan akhir bisa kita siapkan sebaik-baiknya. Agar persinggahan akhir sangat indah, saat kita kembali 'wedangan' bersama orang-orang salih di taman keabadian. Kelak, pada saat yang telah ditetapkanNya.
*) Menyambut Munas Komunitas Wedangan, November 2020.
*) Ilustrasi : https://today.line.me
Sumber: