Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memberi Kenyamanan kepada Pasangan

25 April 2020   14:58 Diperbarui: 25 April 2020   15:01 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture : www.glistatigenerali.com

Apa yang membuat tidak nyaman dalam komunikasi antara suami dan istri? Salah satu jawabannya adalah : sifat egois. Sebenarnya ego manusia itu bercorak netral saja ---bisa positif bisa negatif--- namun begitu menjadi egois, sikap ingin selalu menang, ingin selalu didahulukan, tidak ingin dikalahkan, dan lain sebagainya, ini menjadi negatif dalam interaksi suami istri. Ketika suami dan istri masing-masing bersikukuh memenangkan ego dirinya, maka komunikasi dan interaksi di antara mereka tidak pernah nyaman.

Ada beberapa catatan Erika Krull (2018) yang patut diperhatikan oleh suami dan istri, dalam kaitan dengan tindakan saling mengalahkan pasangan.

  • Keduanya Kalah

Sesungguhnya hidup berumah tangga itu bukan perlombaan atau kejuaraan yang akan menentukan pemenang. Kadang suami dan istri berada pada posisi ingin selalu menang atau ingin selalu dimenangkan. Padahal, jika suami atau istri selalu menang dalam semua titik interaksi sehari-hari, hal itu tidak akan memberikan kenyamanan dan kebahagiaan kepada pasangan. Kebahagiaan apa yang didapat saat berhasil mengalahkan pasangan? Kepuasan apa yang didapatkan saat menyaksikan pasangan terkalahkan?

Justru yang terjadi sebaliknya. Saat selalu ada yang ingin menang, keduanya justru kalah. "When one person is always the winner, both spouses lose" (Erika Krull, 2018). Kebahagiaan dalam rumah tangga tidak tercipta dari definisi menang -- kalah antara suami dan istri. Misalnya, debat mempertahankan pendapat antara suami dan istri. Siapapun yang menang, tak akan bisa memberi kebahagiaan. Dalam kondisi seperti itu, kedua-duanya justru terkalahkan.

  • Menciptakan Tembok

Semakin kuat keinginan untuk menang antara suami dan istri, membuat kontraksi hubungan mereka semakin tinggi. Apa yang mereka hasilkan ketika mengedepankan ego masing-masing? Mereka hanya membangun tembok yang memisahkan. "Anything that isn't mutual and playful could build a wall between you" (Erika Krull, 2018). Mereka tidak sedang membangun jembatan yang menghubungkan, namun justru membangun dinding yang memisahkan.

Hubungan suami dan istri seakan sebuah kompetisi, masing-masing berlomba untuk mengalahkan pasangan. Masing-masing berlomba untuk menjadi pemenang dalam setiap keadaan. Dari hal-hal kecil dan remeh temeh, sampai hal-hal yang penting dan strategis ---tak ada kompromi, masing-masing ingin memenangkan pendapat dan pendiriannya. Sejak dari menu makanan, warna ruangan, sampai masa depan. Setiap bahasan selalu diwarnai adu kekuatan dan berusaha menjatuhkan pasangan, agar pendapatnya yang dimenangkan.

  • Melemahkan Pasangan

Jika satu pihak selalu kalah, hal ini akan membuat pasangan merasa lelah dan lemah. Dirinya merasa tidak bermakna dan tak dianggap keberadaannya. Apabila suasana seperti ini konsisten dalam waktu lama, yang akan muncul adalah perasaan terpinggirkan. "You may win the argument nearly every time. However, you may do more to exhaust and demoralize your spouse than anything else" (Erika Krull, 2018). Perlahan tapi pasti, pasangan Anda akan terpojokkan dan terlemahkan, karena merasa selalu dikalahkan.

Apakah ada kebanggaan, ketika berhasil melemahkan dan memojokkan pasangan? Sebagai soulmate, belahan jiwa, sepasang kekasih, semestinya Anda saling memuliakan dan saling mengormati satu dengan yang lain. Semangat yang harus muncul adalah semangat melakukan pembelaan, perlindungan, penjagaan, pemuliaan dan penghormatan. Jauhkan semangat untuk menjadi pemenang dalam setiap pembahasan dan perbedaan.

  • Menahan Diri untuk Mengalahkan

Upaya memberikan kenyamanan kepada pasangan, terkadang menuntut sikap menahan diri atau menundukkan ego secara maksimal. Seorang suami akan dihormati dan dicintai oleh istri ---bukan karena selalu menang dalam debat, namun karena dirinya mampu memberikan kenyamanan kepada sang istri. Demikian pula seorang istri akan dimuliakan dan dicintai oleh suami ---bukan karena selalu menang dalam debat, namun karena dirinya mampu memberikan kenyamanan kepada sang suami.

Oleh karena itu, sikap menahan diri menjadi salah satu pilihan, demi memberikan suasana yang lebih nyaman dalam interaksi. "They are probably far happier to be around you when you show some imperfections" (Erika Krull, 2018). Ketika Anda tampak lemah dan kalah, kadang justru membuat pasangan Anda merasa nyaman. Meskipun Anda bisa saja terus menerus berargumen, terus menerus memenangkan perdebatan, dan sanggup terus menerus mengalahkan pasangan, namun jika itu membuatnya tidak nyaman, mengapa Anda tetap melakukan?  

Puasa Ramadan Melatih Kita Menahan Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun