Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Sedih, Suamiku Tak Seperti Harapanku"

6 Januari 2019   09:15 Diperbarui: 6 Januari 2019   13:04 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Merdeka.com

Saya berkisah tentang seorang gadis muslimah. Sebelum menikah, ia membayangkan sosok calon suami ideal. Sangat ideal. Berharap mendapatkan jodoh lelaki saleh, bertaqwa, rajin ibadah, hafizh Al Qur'an, pintar, kaya, baik hati, tidak pelit, romantis, tampan, macho, tegap, bertubuh atletis, supel, sopan, lembut, sabar, penyayang. 

Berbagai usaha ia lakukan, dan untaian doa selalu ia panjatkan kepada Allah, agar keinginan dan harapan itu terwujud. Harapan itu dibangun dengan sepenuh ekspektasi, sepenuh harapan tentang idealitas sebuah keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Ia pun menikah, setelah memilih dari sekian banyak lelaki yang datang mendekatinya. Kini gadis muslimah ini sudah menjadi istri muslimah. Namun apa yang ia dapatkan setelah menikah? Apakah semua harapan ideal itu bisa ia dapatkan? Apakah lelaki saleh itu benar-benar berada di sampingnya?

Rupanya, setelah menikah, harapan tinggal harapan. Bukan lelaki saleh yang ia dapatkan, justru seorang lelaki yang tega menyakiti dan melukai hatinya. Memang tampan, cukup kaya, namun malas ibadah, jauh dari nilai Al Qur'an, pelit, suka mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati. 

Beberapa tahun hidup bersama dalam rumah tangga, namun yang dijumpai hanyalah kekecewaan demi kekecewaan. Makin lama makin banyak tumpukan kekecewaan itu. Makin lama makin berkurang rasa cinta kepada sang suami, justru mulai tumbuh rasa benci dan sakit hati.

Ia menangis, merenung. "Suamiku tidak seperti harapanku. Ternyata ia lelaki yang payah. Aku salah memilih suami", ujarnya. Di titik ini, ia mulai guncang. Apakah akan meneruskan pernikahan, atau mengakhiri saja. Apakah ia akan bertahan dalam kegetiran, ataukah menyudahi saja. Apalagi saat digoda dengan hadirnya para mantan yang kembali menyapa. Ia makin limbung, apakah akan tetap membersamai lelaki yang tega menyakiti hatinya setiap hari, ataukah kembali kepada salah satu dari mantan yang mulai memperhatikannya lagi. Apa yang harus ia lakukan?

Berhentilah Sejenak
Jika Anda mengalami kekecewaan terhadap suami seperti itu, jangan cepat-cepat membuat keputusan. Berhentilah sejenak dari rutinitas kehidupan untuk merenung dan melakukan muhasabah terhadap semua perjalanan keluarga selama ini. Apa yang salah, apa yang kurang, apa yang menyimpang. Jangan-jangan dalam kehidupan keluarga itu justru menjauh dari Allah. Periksa niat, periksa kualitas ibadah, periksa adakah hal-hal yang mendatangkan murka Allah dalam kehidupan berumah tangga. Semua hal berpengaruh dalam kehidupan. Termasuk sumber rejeki yang dimakan setiap hari, apakah benar-benar sudah halal dan thayib (baik). Inilah evaluasi yang diperlukan, untuk melakukan proses perbaikan di masa sekarang dan yang akan datang.

Kembali Kepada Visi dan Tujuan
Saat dilanda kekecewaan mendalam terhadap suami, kembalilah kepada visi dan tujuan pernikahan. Saat Anda menikah, pasti memiliki visi yang ideal, memiliki tujuan yang mulia. Ingat kembali, kuatkan kembali visi yang sudah Anda canangkan sejak semula. Kuatkan kembali tujuan-tujuan mulia dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Visi dan tujuan inilah yang menjadi pengikat kuat secara nilai dan ideologi. Anda pasti menghendaki surga dunia dan surga akhirat, itulah visi yang sangat besar. Dengan visi surga, maka semua harus dikembalikan kepada upaya untuk menggapai surga. 

Jangan Bandingkan
Saat tengah dilanda kekecewaan dengan pasangan, jangan pernah bandingkan suami Anda dengan lelaki lain, jangan bandingkan istri Anda dengan perempuan lain. Saat membandingkan, masuklah kekecewaan semakin banyak terhadap pasangan Anda, karena Anda melihat berbagai sisi kelebihan yang seakan-akan dimiliki orang lain dan tidak ada pada pasangan Anda. Tutup mata dan telinga anda terhadap orang lain, karena semakin Anda membandingkan pasangan dengan orang lain, akan semakin menyakitkan hati Anda. "Ternyata suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan laki-laki itu", pernyataan ini semakin menyakitkan hati Anda.

Membuat Komitmen Ulang
Buatlah komitmen ulang dengan pasangan untuk kebaikan hubungan di masa yang akan datang. Berbagai ketidaknyamanan di masa terdahulu, hendaknya diakhiri dengan membuat kesepakatan dan komitmen bersama pasangan. Nyatakan apa harapan Anda kepada pasangan, dan tanyakan apa harapan pasangan kepada Anda. Sepakati bersama poin-poin untuk .dilakukan bersama, demi menjaga keharmonisan dan kebahagiaan keluarga. Buatlah komitmen yang bisa diukur dengan satuan kegiatan dan waktu, sehingga bisa dievaluasi sepanjang waktu.

Lakukan Mediasi
Apabila Anda sudah tidak bisa lagi membuat kesepakatan dan komitmen dengan pasangan, maka Anda memerlukan bantuan pihak ketiga yang dipercaya untuk memediasi masalah Anda berdua. Harusnya Anda selesaikan berdua dengan pasangan semua masalah yang muncul dalam kehidupan berumah tangga. Namun terkadang, suasana sudah sangat tidak kondusif untuk saling berbicara dan saling terbuka. Mereka berdua sudah dibanjiri emosi, yang membuat mereka kehilangan akal sehat dan hati jernih. Pada titik seperti ini, Anda berdua memerlukan mediasi. Pilih seorang yang dipercaya kompetensinya, konselor, psikolog, atau ulama, untuk membantu mencari solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun