Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Raport Merah Pernikahan Kita

26 Desember 2013   10:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:29 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13880271341261947870

(Catatan Akhir Tahun 2013)

[caption id="attachment_311356" align="aligncenter" width="618" caption="ilustrasi : www.lifesacomicstrip.blogspot.com"][/caption]

Gugatan cerai dari artis senior Lidya Kandou kepada suaminya, Jamal Mirdad, sempat mengagetkan publik Indonesia. Pasangan bintang film yang sudah menikah hampir 27 tahun ini dikenal sebagai pasangan yang harmonis. Pasangan yang menikah sejak tahun 1986 ini juga sudah dikaruniai empat orang anak, namun bahtera rumah tangga mereka yang berbeda agama ini akhirnya kandas di tengah jalan. Ternyata perceraian tidak mengenal usia, juga tidak mengenal agama.

Sepanjang tahun 2013 ini sederetan artis dikabarkan bercerai, seperti Titi Rajo Bintang dan Aksan Sjuman, Febby Febiola dan Bruce Nicholas Detail, Deddy Cobuzier dan Kalina, Ira Wibowo dan Katon Bagaskara, Rina Nose dan Ridwan Federani, Asmirandah dan Jonas Rivano,  Tata Janetta dan Erfan Fitrianto, Camelia Malik dan Harry Capri, Bian 'D'Bagindas' dan Samrotul Sa'diyah, Joy Tobing dan Daniel Sinambela,  Yama Carlos dan Masayu Widya Paramita, Venna Melinda dan Ivan Fadilla,  serta Andi Soraya dan Rudi Sutopo. Sementara di tahun 2012 kemarin, sebanyak 25 pasangan artis dikabarkan bercerai.

Kisah perceraian selebritis tersebut hanya menjadi salah satu contoh saja, bahwa tingkat perceraian di Indonesia sudah berada dalam taraf yang mengkhawatirkan. Perlu ditinjau ulang raport pernikahan kita, yang ternyata banyak menyimpan nilai merah.

Keprihatinan Nasional

Ketahanan keluarga adalah modal utama untuk menciptakan ketahanan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan keluarga yang kokoh, diharapkan melahirkan masyarakat, bangsa dan negara yang kokoh pula. Namun sangat disayangkan, pernikahan sering tidak seperti yang diharapkan. Banyak pasangan, bahkan yang masih muda beliau usia pernikahannya, memutuskan untuk bercerai. Hal ini harus menjadi keprihatinan nasional, yang harus bisa diselesaikan secara sistemik oleh semua komponen bangsa.

Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan, angka perceraian di Indonesia mencapai 212.000 kasus setiap tahunnya. Angka tersebut jauh meningkat dari sepuluh tahun yang lalu, di mana jumlah angka perceraian sekitar 50.000 per tahun. Nasaruddin menyatakan sangat prihatin dengan tingginya angka perceraian tersebut, apalagi hampir 80% yang bercerai adalah pasangan yang masih di bawah 5 tahun umur pernikahannya.

"Usia rumah tangga mereka relatif masih muda dengan anak yang masih kecil. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial lainnya," lanjut Nasaruddin. Selain itu, hampir 70% perceraian adalah gugatan cerai dari istri. Lebih banyak perempuan yang mengajukan gugatan perceraian daripada lelaki yang menceraikan istri. Hal ini tampak menjadi suatu tren yang mengemuka pada beberapa waktu belakangan ini.

Perceraian di Indonesia bahkan masuk peringkat tertinggi se-Asia Pasifik. Hal ini diungkap oleh Dr. Soedibyo Alimoeso MA, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN. Dia menjelaskan bahwa tingginya angka perceraian di Indonesia menjadi perihal serius karena keluarga merupakan pendidikan pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian, etika, dan moral anak-anak.

Dr. Soedibyo menuturkan, angka perceraian di Indonesia adalah hal yang menyedihkan. Betapa banyak anak yang kemudian harus menjalani takdir hidup tak bersama ayah dan ibunya secara utuh. Di samping itu, tak sedikit menjadi koban perebutan kuasa asuh. Padahal, hal itu membuat dampak negatif secara psikis.

Psikolog Tika Bisono mengatakan, berdasarkan angka statistik, dari 10 pernikahan yang terjadi di Indonesia, maka 3 di antaranya berujung ke perceraian. Dia menyebutkan angka ini berdasarkan pengalaman para kliennya tentang perceraian. Tika menerangkan bahwa kini perceraian menjadi sesuatu yang mudah ditempuh. Di zaman dulu, kalau tidak dilandasi hal yang penting atau berat sekali dalam pernikahan, maka tidak ada yang menempuh perceraian. Tetapi sekarang tidak demikian.

“Apalagi melihat posisi perempuan di masa kini, yang memiliki aktulisasi dan kesamaan hak dengan pria atau emansipasi, menjadi celah lebih besar sehingga lebih berani untuk menggugat cerai. Pada zaman dulu tidak ada,” ungkap Tika.

Tika menjelaskan bahwa di dalam agama Islam pihak wanita boleh mengajukan gugatan cerai dengan catatan, bahwa perceraian yang dimaksud agar salah satu atau masing-masing dapat melaksanakan ibadah dengan lebih baik. “Yang terjadi sekarang, wanita menggugat cerai karena berbagai alasan, mulai dari soal ekonomi, masalah sosial, hingga psikologi kekerasan dalam rumah tangga,” ujar Tika.

Memudarnya Nilai Sakral Pernikahan

Nasaruddin Umar menyampaikan, dalam setiap perceraian, korban pertama yang paling merasakan adalah anak-anak dan perempuan yang seharusnya mendapat pengayoman dan perlindungan dari perkawinan. Faktanya, perselisihan sulit diselesaikan secara domestik oleh internal keluarga akibat ketidakmampuannya bersikap netral. Yang terjadi justru sebaliknya, yaitu meningkatnya intensitas perselisihan, bahkan display drama pertengkaran suami-istri tersebut acap kali disaksikan secara langsung oleh anak-anak.

Ironisnya lagi, menurut Nasaruddin, disadari atau tidak, media turut memberikan andil dalam pelemahan institusi perkawinan. Media secara provokatif membongkar dan mem-blow up persoalan rumah tangga para public figure. Fenomena yang tak sehat itu, lambat laun menggeser norma dan cara pandang masyarakat terhadap institusi perkawinan ke arah negatif.

Masyarakat, lanjut dia, tidak lagi memandang perkawinan sebagai suatu lembaga yang seharusnya dipertahankan keutuhannya. Pertengkaran kecil suami-istri bukan lagi bumbu dan bunga perkawinan yang dapat menambah instensitas kemesraan manakala berbaikan kembali. Pertengkaran sekalipun disebabkan oleh masalah remeh dapat menjelma menjadi percekcokan hebat. Di beberapa kasus menjadi entry point untuk menjustifikasi perselingkuhan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga.

Pesan moral yang keprucut (hidden curriculum) dari berbagai drama keluarga para publik figur yang diekspos ini adalah, perceraian bukan peristiwa aib keluarga, tapi memang seharusnya terjadi, sebagai suatu solusi yang sah dan wajar menurut logika umum untuk pemecahan masalah rumah tangga.

Untuk mengurangi dampak tersebut, Wakil Menteri Agama RI menyatakan, perlu antisipasi cermat. Upaya pembekalan kepada remaja usia nikah harus diberikan secara arif dan bijak. Salah satu akar penyebab perceraian terbesar adalah rendahnya pengetahuan dan kemampuan suami-istri mengelola dan mengatasi berbagai permasalahan rumah tangga. Ketidakmampuan pasangan suami-istri menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya, mengakibatkan mereka kerap menemui kesulitan dalam melakukan penyesuaian atas pelbagai permasalahan di usia perkawinan yang masih muda.

Menurut Tika Bisono, “Prinsip dasarnya pernikahan adalah menyatukan dua kepala, yakni memperbesar persamaan dan mempersempit perbedaan. Dari awal, seharusnya hal ini disadari pasangan suami-istri.” Sedangkan Dr. Soedibyo Alimoeso menyatakan, setiap orang yang ingin menikah sekarang harus menata ulang niat perkawinan yang dimiliki, yakni menjadikannya sebagai lahan ibadah kepada Tuhan dan sarana menjalani silaturahmi, atau saling memahami agar menjadi keluarga bahagia.

Bahan Bacaan:

Psikolog: 3 dari 10 Pernikahan Berakhir Cerai

Wamenag: Angka Perceraian Meningkat Tajam

Wamenag: Angka Perceraian Masih Tinggi

Duh, Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik

Ini Daftar Artis yang Bercerai di Tahun 2013 Bagian (2)

Ini Daftar Artis yang Bercerai di Tahun 2013 Bagian (1)

25 Pasangan Selebriti yang Bercerai Tahun Ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun