Mohon tunggu...
Pahriati
Pahriati Mohon Tunggu... -

Aktivis Muslimah. Manusia yang terus belajar, mencoba menebar kebaikan lewat tulisan. Berbagi inspirasi, guna meraih ridha Ilahi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerhana Bulan dan Ketaatan

31 Januari 2018   22:16 Diperbarui: 31 Januari 2018   22:35 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di penghujung Januari tahun ini, tepatnya 31 Januari 2018, kita bisa menyaksikan empat fenomena langit secara bersamaan. Fenomena langka itu adalah gerhana bulan, super moon,bluemoon dan blood moon.Telah banyak penjelasan ilmiah tentang mengapa itu bisa terjadi.

Pemandangan ini bisa disaksikan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Jika langit cerah, penampakannya bisa dilihat dengan mata telanjang.

Masyarakat begitu antusias menyaksikannya. Ada nonton bersama, seperti di Planetarium Jakarta, dan di berbagai tempat lain. Media massa maupun media sosial juga ramai dengan pemberitaan seputar gerhana.

Namun di balik semua itu, ada hal yang harusnya menjadi renungan bagi kita, terutama sebagai seorang muslim. Matahari, bumi, bulan, beragam planet dan benda langit lain, tak lain hanyalah makhluk (benda yang diciptakan). Semua bergerak sesuai hukum alam yang telah ditetapkan Allah (sunnatullah).

Dan Allah ciptakan itu semua sebagai tanda kebesarannya. Firman Allah dalam QS Yunus [10] ayat 5:

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui."

Di masa Rasulullah SAW, gerhana juga pernah terjadi. Dan kejadian itu bersamaan dengan meninggalnya putra beliau Ibrahim. Akhirnya ada yang mengaitkan penyebab gerhana dengan peristiwa kematian tersebut. Namun hal itu dibantah oleh beliau. Dari 'Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda: 

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah." (HR Muslim)

Maka sejatinya, fenomena langit ini tak cukup sekedar eksistensi dikaji secara ilmiah, apalagi percaya pada mitos-mitos yang kadang mengantarkan pada kesyirikan. Hendaknya hal ini menjadi renungan, bahwa sebagai makhluk harusnya kita tunduk dan patuh sepenuhnya pada aturan Allah.

Kita patut bersyukur, nampaknya di masjid-masjid hampir di seluruh Indonesia, ramai orang melaksanakan shalat gerhana (khusuf). Hal itu tak lain untuk mengingatkan manusia akan kekuasaan Allah. Manusia dan benda lainnya, hanyalah makhluk lemah yang tak punya kekuatan apa-apa.

Sungguh tak layak bagi manusia membangkang dari perintah-Nya. Karena Allah adalah Al-Khaliq (Pencipta) sekaligus Al-Mudabbir (Pengatur). Allah ciptakan manusia dengan seperangkat aturannya. Semua telah terangkum dalam Syariah Islam. Semua ditujukan agar kehidupan berjalan dengan baik. Saat aturan itu dilanggar, muncullah berbagai kekacauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun