Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Financial

Suara Airlangga Hartarto Tentang Kinerja Impresif Ekonomi Indonesia

8 Agustus 2022   15:28 Diperbarui: 8 Agustus 2022   15:36 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Saat banyak negara di dunia sedang berjuang keras menjaga ekonominya tidak jatuh ke jurang resesi sebagai akibat berbagai krisis geopolitik, Indonesia justru berada pada posisi sebaliknya.  Seperti yang telah diramal oleh banyak lembaga riset atau badan internasional seperti IMF, Bank Dunia dan PBB, sejumlah negara akan masuk dalam periode krisis ekonomi bahkan ambruk. Hal itu terjadi karena daya tahan ekonomi yang sebelumnya rentang terhadap berbagai gejolak tidak mampu lagi menahan beban masalah yang terjadi di dalam negeri.

Contoh negara yang telah ambruk ekonominya adalah Srilanka. Sementara untuk negara yang tengah menuju kondisi krisis, lantaran pertumbuhan ekonominya yang mengalami pertumbuhan minus dalam dua triwulan secara berturut antara lain AS dan Inggris, serta beberapa negara Eropa lainnya. Persoalan yang dihadapai negara-negara maju ini antara lain disebabkan saat pemulihan ekonomi yang belum kunjung membaik, mereka terlibat konflik dengan negara lain yang berujung pada kenaikan drastis harga bahan bakar dan pangan  di negara masing-masing.

Sebaliknya, di tengah persoalan berat tersebut, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang mencatat pertumbuhan mengesankan. Itu terlihat dari data lansiran Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini tercatat sebesar 5,44 persen (year on year), atau secara triwulan pertumbuhan itu ada di angka 3,73 persen. Sedangkan PDB harga konstan jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi yakni sebesar Rp2.924 triliun. Capaian ini menandakan tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat.

Pertumbuhan tersebut sejatinya jadi lebih mengesankan, karena bersamaan dengan data tersebut, negara utama penggerak mesin ekonomi dunia yakni China dan Amerika Serikat berada dalam posisi stasioner atau tak bergerak banyak, meski hal itu diharapkan tak berlangsung lama. Karena suka atau tidak, staganasi tersebut perlahan tapi pasti tentu akan berdampak kepada ekonomi ASEAN.

Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, catatan mengesankan dari kinerja ekonomi Indonesia tersebut tak lepas dari kebijakan pelonggaran perjalanan oleh pemerintah kepada masyarakat yang hendak melaksanakan mudik saat lebaran Idul Fitri pada Mei lalu. Keputusan yang secara langsung turut mendorong peningkatan konsumsi di masyarakat  dan menghasilkan putaran ekonomi di seluruh Indonesia. Selain itu, pertumbuhan yang terjadi tak lain karena ditopang kinerja mengesankan sektor ekspor serta terjadinya peningkatan harga komoditas dan penguatan pada kapasitas output berbagai sektor. "Konsumsi Rumah Tangga pertumbuhannya 5,51% artinya engine pertumbuhan dari segi Rumah Tangga yang selama Covid-19 berdampak, ini sudah kembali pada kondisi asal," ujar Menko Airlangga.

Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini optimistis bahwa tren pertumbuhan itu masih akan berlanjut setelah mengaca kepada kinerja  positif berbagai leading indicator ekonomi.  Dipaparkannya lagi  bahwa ndeks kepercayaan konsumen di angka baik yaitu 128,2 dan penjualan ritel terus tumbuh yaitu 15,42. Sementara itu, prospek permintaan yang terus meningkat menjadi insentif bagi industri untuk meningkatkan produksi, tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) yang terus tercatat mengalami ekspansi di level yang semakin kuat.
Dengan berbagai indikator yang hampir semua raportnya "menghijau" itu, Airlangga yakin jika target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun ini bisa tercapai. Tentu capaian itu dapat terealisasi dengan catatan ada konsistensi dalam pelaksanaan   berbagai strategi dan kebijakan utama untuk mendorong akselerasi pemulihan dan meningkatkan resiliensi ekonomi. "Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sebesar 5,2% pada tahun 2022 dapat tercapai," pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun