Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Biasa Rasa Luar Biasa, Inilah 3 Keseruan yang Saya Rasakan Saat Mengajar SD

3 Maret 2021   20:38 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:50 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Siswa di SD N Wonolagi, Desa Ngleri, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Sedang Belajar Selasa (16/7/2019) (MARKUS YUWONO via yogyakarta.kompas.com)

Kisah mereka tidak bakal jauh-jauh dari aktivitas sawah, memetik kopi, cari ikan, hingga mandi di sungai. Belum ada cerita push rank, apalagi tokoh-tokoh seperti Kadita, Zilong, Sun, bahkan Lancelot.

3. Sering Menghampiri Siswa Demi Belajar Bahasa Daerah

Sekolah baru, tantangan baru. Mengajar di daerah baru, maka paling tidak seorang guru perlu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan di daerah tersebut. Termasuklah soal penggunaan bahasa daerah.

Saya sendiri, pada awal-awal masa mengajar di SD waktu itu sempat hampir yakin 100% bahwa murid-murid di sana bakal menguasai bahasa Indonesia, atau setidaknya menguasai bahasa Curup atau Bengkulu sebagaimana percakapan warga sehari-hati. Tapi ternyata...

Kenyataan malah berkisah sebaliknya, siswa/i kelas I dan sebagian siswa/i kelas II malah masih terkendala soal penggunaan bahasa. Mereka malah lebih fasih bercakap-cakap menggunakan bahasa Serawai, yaitu bahasa utama warga di sekitaran SD.

Sedangkan saya, malah kesusahan berbicara bahasa Serawai.

Pantas saja waktu itu ketika pertama kali masuk ke kelas, anggutan siswa sembari senyum-senyum menerangkan bahwa mereka sesungguhnya tidak mengerti tentang apa yang saya jelaskan. Padahal saya sudah kepedean, eh taunya mereka enggak ngerti. Hihihi

Ya sudah, akhirnya jalan long life education saya tempuh dengan semangat.

Pada waktu senggang, saya sesekali mendatangi siswa untuk mendengar mereka bercerita. Sesekali pula saya siapkan kertas hvs dan pena untuk mencatat diksi yang baru pertama kali saya dengar. Misalnya:

Keting= Kaki
Busiak= Ngerusuh
Nido= Tidak
Kelau= Nanti
Jemo= Orang
Nggup= Tidak Mau
Pitis= Duit, dan masih banyak lagi

Meskipun bahasa Serawai adalah bahasa asli Bengkulu, tepatnya di Bengkulu Selatan, namun penyebarannya di daerah tempat saya tinggal sangat minim, bahkan jarang orang Bengkulu Selatan yang nyasar atau malah menetap di Curup. Sontak saja bahasa Serawai terdengar asing.

Meski demikian, tak mengapalah, mempelajari bahasa baru sama saja dengan menyelami ilmu baru. Apa lagi belajarnya dari anak-anak, malah jadi sangat seru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun