Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Saya Guru Agama, tapi Saya Tak Pernah Memaksa Siswi agar Wajib Berjilbab di Sekolah

23 Januari 2021   23:34 Diperbarui: 24 Januari 2021   16:25 2670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan berjilbab. Gambar oleh Dean Moriarty dari Pixabay 

Inilah fenomena beragama yang rasanya perlu ditilik dari berbagai sisi dan jangan didasarkan atas pemikiran yang sempit. Apalagi fanatik. Saya cukup seirama dengan tulisan Pak Efwe bahwa Kemendikbud perlu turun tangan untuk mempertegas aturan tentang seragam sekolah.

Terang saja, sekilas dan bahkan lebih jauh, aturan pemaksaan pengenaan hijab kepada siswi non-muslim adalah bentuk intoleransi. Bahkan, KPAI melalui Komisionernya, Retno Listyarti menegaskan bahwa pemaksaan tersebut sudah termasuk pelanggaran HAM.

Namanya juga sekolah negeri, maka semestinya aturan berpakaian ya sesuai dengan aturan seragam nasional yang menjunjung nilai-nilai kebangsaan.

Sama lah seperti saya dulu saat bersekolah SMA di tahun 2011. Waktu itu belum ada aturan khusus tentang rok perempuan yang harus panjang. Tapi, ada aturan tegas bahwa rok siswi harus di bawah lutut.

Hatta, apa konsekuensi ketegasannya waktu itu? Seingat saya, mayoritas siswi yang roknya di atas lutut bakal dibina oleh guru BK agar segera membeli rok baru, atau minimal menjahit rok lama agar lebih panjang sampai ke bawah lutut.

Sedangkan hari ini, barangkali mata-mata yang memandang sudah relatif beda, mungkin sudah banyak setannya. Maka dari itulah banyak sekolah negeri yang sudah mewajibkan siswinya untuk memakai rok panjang.

Begitu pula dengan peraturan di SMP Negeri tempat saya mengajar dulu (2017-2019). Siswi (tanpa memandang agama maupun kepercayaan tertentu) diminta untuk memakai rok panjang. Sedangkan untuk baju lengan panjang, itu relatif, dikembalikan kepada siswinya.

Bahkan, terkait dengan jilbab, sekolah kami waktu itu menerapkan aturan ketat bahwa jilbab siswi muslim haruslah jilbab sorong, bukan jilbab panjang maupun segi empat.

Aturan tersebut diterapkan gara-gara ada beberapa siswi yang sengaja tidak memakai dasi dan berdalih bahwa dasi mereka ada di sebalik jilbab yang menjulur panjang. Padahal... Mereka tidak bawa dasi. Kan miris jadinya, bahwa jilbab dijadikan alat pelanggaran disiplin.

Dan kebetulan, saya juga mengajar agama di SMP Negeri tersebut. Total pelajarnya ada hampir seribu siswa dan tiap-tiap kelas ada 1-3 pelajar yang beragama non-muslim.

Meski mengajar mata pelajaran Agama Islam, hubungan saya dengan siswa-siswi non-muslim baik-baik saja, bahkan sangat baik. Kami sering bertukar canda, diskusi tentang kegiatan kelas, hingga menyatukan persepsi tentang akhlak mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun